Memaparkan catatan dengan label pemimpin. Papar semua catatan
Memaparkan catatan dengan label pemimpin. Papar semua catatan

Ahad, Ogos 26, 2012

MEMAKNAI KEMERDEKAAN: MENGANGKAT KARAMAH INSANIYYAH, MEMBERDAYA UMMAH

MEMAKNAI KEMERDEKAAN: MENGANGKAT KARAMAH INSANIYYAH, MEMBERDAYA UMMAH
oleh: Fadhlina Siddiq

Bertahun-tahun saya mengikuti amanat kemerdekaan dan tema kemerdekaan yang berselang seli. Bertahun-tahun juga saya dungu mengikut laungan merdeka tanpa menyedari apa yg dimerdekakan? Seiring dengan kedewasaan saya, makin kuat persoalan di benak,apa merdeka ini hanya ada tema dan perbarisan?

Mengisi kemerdekaan bukan dengan tema, logo dan perarakan. Islam telah lama memerdekakan ummatnya dengan kalimah tauhid. Tidak sedikit sejarah perjuangan Musa AS yang berdakwah untuk mengeluarkan kaumnya dari jiwa hamba setelah ditindas oleh Firaun berdekad lamanya.Bilal Bin Rabah menjadi manusia terhormat dan mencapai tahap kemuliaan insan dengan syahadah. UmarAl Khattab dan Saidina Hamzah RA mengetuai demonstrasi pertama dalam Islam ketika meingiklankan pengislaman mereka. Luar biasa kalimah tawhid ini dengan makna memerdekaan manusia dari sifat kehambaan manusia kepada manusia reformis yang melalui proses transformasi aqidah sehingga punya keberanian untuk hidup dengan lebih bermaruah dan keyakinan sebagai manusia yang dijanjikan segala karamah insaniyyah.

Bicara kemerdekaan tidak tertumpu kepada laungannya tetapi pengisian maknanya yang membawa mesej liberatif-emansipasif~tahriry dan tanwiriy. Tahriry yang membawa maksud pembebasan dan tanwiriy yang hadir dengan semangat pencerahan. Aspirasi pembebasan dan pencerahan ini sangat terkait rapat dengan proses pendidikan dan hanya akan terlaksana di kala ummat benar-benar memiliki citra tentang harga diri, maruah dan kehormatan. Maka sekali lagi yang memaknai karamah insaniyyah itu apabila citra maqasid syariyyahnya ditunjangi dengan penuh adab dan hormat.

Ada rasa cemas yang menikam di balik kibaran Jalur Gemilang andai ummat yang kita lahirkan pasca kemerdekaan hanya bermentaliti Labu dan Labi. Hidup dalam ketakutan kerana ugutan dan hukuman. Mereka hanya berani menentang Haji Bakhil yang zalim di dalam mimpi! Dikerjakannya Haji Bakhil cukup-cukup di dalam mimpi! Setakat itu sahajalah keberanian yang ada kepada mereka, sekadar mampu bermimpi.Amat malang sekali andai kita terus membiarkan manusia yang sisinya terpancar sebaik-baik kejadian Tuhan terus dihina dan diperkuli ibarat nasib sepatu yang malang, “dari atas diinjak kaki, dari bawah ditusuk duri, sudah usang dibuang orang”.

Mengapa saya begitu kritikal dengan pengisian kemerdekaan? Kerana saya belum benar-benar memaknai kemerdekaannya. Saya mahu ia diisi dengan objektif yang jelas bukan dengan pesta iklan serta lagu patriotik dan konsert para artis. Atau diulang tayang filem Bukit Kepong, Leftenan Adnan dan Hati Malaya sebagai hidangan kemerdekaan. Pendita Zaaba pernah dengan kritis merumuskan kemelut ummat Melayu dengan perkataan “miskin”. Kemiskinan yang bukan sedikit tetapi kemiskinan yang mencakupi kemiskinan moral, ilmu, material, intelektual dan spiritual. Menurut Zaaba, kemelut ini hanya akan reda dengan reformasi pendidikan, pemurnian dan penyegaran agama serta pembinaan budaya dan watak bangsa yang sihat. Inilah jiwa merdeka yang dimaknai dalam sentuhan keramat Dr Burhanuddin Al Helmi lewat seruannya,” Di atas runtuhan Kota Melaka, Kita bangunkan jiwa merdeka”

Mutakhir ini, kisah korupsi, kezaliman, pembunuhan, pemerkosaan, pencabulan hak dan penindasan kian menjadi-jadi. Indeks jenayah dan gejala sosial tidak pernah gagal mendatangkan rasa tidak tenteram dan kebimbangan hilang nyawa. Paling kurang kita hanya mampu bersimpati, paling tidak kita berdoa mengikut tahap iman masing-masing, paling kerdil pun kita hanya mengikuti bicaranya di layar kaca atau media cetak. Nah,selepas kita jelas dengan pengisian kemerdekaan, maka kemuncaknya adalah pemberdayaan! Institusi-institsi rakyat mesti dipulangkan pemilikannya kepada rakyat. Rakyat hampir tidak punya apa-apa di saat haknya boleh diambil, dikurangi, dihapus dan dicabul sesuka hati.

Melahirkan masyarakat madani adalah sebahagian pakej pemberdayaan selain pendidikan demokrasi dan pelestarian ekonomi yang adil bagi menghapuskan kesenjangan ekonomi rakyat. Rakyat mesti didik dengan kesedaran hak agar suara rakyat disampaikan dengan lebih efektif dan diambil perhatian.Penting untuk mendidik rakyat agar mengurangkan kebergantungan kepada pimpinan mereka kerana sikap terlalu bergantung adalah penyakit orang lemah dan kerdil. Jauh sekali dari citra jiwa merdeka!

Sejarah kemerdekaan akan terus diulang cetak sehingga adakalanya ia hanya terfokus kepada Tunku Abdul Rahman dan laungannya. Sedang wira kemerdekaan itu bukan hanya Tunku seorang, moga-moga dengan pengisian kemerdekaan yang lebih bertanggungjawab akan mendamaikan seluruh wira bangsa yang sedang dalam peristirehatan mereka apabila pengorbanan dan perjuangan mereka telah menghasilkan ummat yang benar-benar merdeka. Selamat menyambut kemerdekaan dengan citra jiwa merdeka, moga-moga kita akan memaknai kemerdekaan kali ini dengan komitmen untuk mengangkat karamah insaniyyah, memberdaya ummah!



BICARA MERDEKA SEORANG GURU TUA

Lima dasawarsa yang lalu
Aku, anak desa yang dungu serba tak tahu
Hanya ikut-ikutan melulu
Memekik “Merdeka!Hidup Tunku!” bertalu-talu.

Hingga tiba ketika aku berani bertanya
Ruh dan makna sepatah kata,
Meminta bukti nyata sebuah cerita
“Merdeka”

Kutadah segala madah
Kuperah khazanah hikmah
Kutemukan daulat karamah insaniyyah
Mulia perkasa dengan al-izzah

Merdeka siapa Cuma mengenyah penjajah
Merdekaku meraih izzah
Deklarasi syahadah la ilaha illa Llah
Menyanggah berhala seribu wajah
Mengenyah segala bedebah penjajah, penjarah, penjenayah
Kubongkar pendaman fakta
Kubuka kitab pusaka
Terserlah deretan nama
Wira Merdeka bukan Tunku sahaja
Ramai yang mendahuluinya

Mendadak aku bertanya
Sejarah bikinan siapa?
Merdekakah kita
Julingkah mata sarjana
Apabila tidak bersuara
Tentang pahlawan tak dikenang
Wira tak didendang

Lima dasawarsa lamanya
Banyak kata belum terkota
Banyak lagi rupa tak seindah berita

Bagi generasi yang semakin tak mengerti
Kata merdeka bak mantra yang hilang sakti
Dan mereka semakin tak peduli.

Jiwa merdeka sirna ditelan pesta
Matilah rasa hilanglah peka
Betapapun gegak gempitanya
Pekikan Merdeka!Merdeka!Merdeka!
Tetapi semerta terbelalak mata
Bila setan korupsi menggoda,
Mau duit ka? Mau duit ka? Mau duit Ka?

Gejala pesona yang kian menggila
Menginjak taqwa menganjak jiwa
Merdeka dengan Ketuhanan Yang Maha esa
Menjadi hamba kewangan yang maha berkuasa
Pada hari merdeka yang ceria
Kusimpan tangis di balik tawa
Kupendam cemas di tengah pesta
Akan terjualkah merdeka kita?

Jumaat, Julai 13, 2012

Steve Jobs' killer presentation Skills

My presentation was supposed to knock your socks off. I guess I got carried away. 

"My presentation was supposed to knock your socks off. I guess I got carried away."

 

Genius. Legend. Visionary.

These are but a few of the superlatives that have been used to describe the late, great Steve Jobs. But beyond his business acumen, the man behind Apple® computers and Pixar Animation Studios was perhaps the greatest keynote speaker of our time. There are more than 57,000 links to his presentations on YouTube.

What made his presentations so amazing that people all over the world want to see them? More importantly, how can the rest of us learn from Steve to inspire our audiences the way he did?

In her excellent book, The Presentation Secrets of Steve Jobs: How to Be Insanely Great in Front of Any Audience, Carmine Gallo takes us behind the scenes and offers Steve's ten secrets that you can use for presentations that will inform, engage and, yes, astound your audience.

Here are Steve Jobs' ten secrets for insanely great presentations.3 

  1. Plan in analog. Brainstorm in advance of creating your presentation. You can use pen and paper, a whiteboard or, better yet, a mind map.

    Plan in analog

    DO NOT use PowerPoint®to create your presentation—it will be used only in the final step! (More on this later.) 
  2. Create Twitter-friendly headlines. Describe your product or service in 140 characters or less. Preferably, a lot less. Steve introduced the MacBook Air® as simply, "The world's thinnest notebook." About the first-generation iPod®, he tweeted: "It's one thousand songs in your pocket."
  3. Introduce the villain. Steve saw a presentation as a three-act play that must tell a story, but what is a story without a hero and a villain? Before he introduced the famous 1984 ad to a group of Apple salespeople, he set the stage, casting "Big Blue" as Goliath. "IBM wants it all," he warned, and defiantly asserted that only Apple stoodin its way. His dramatic moment sent the crowd into frenzy.

    While the villain doesn't have to be a competitor, it must be a common foe that your audience will want to join with you in rallying against. Your product is then revealed as the conquering hero.
  4. Create visual slides. As Carmine writes, "Neuroscientists are finding that the best way to communicate information is through text and pictures, not text alone." As for bullet points, Steve never, ever, used them and neither should you. Carmine has a section in her book titled, "Bullets Kill" that describes why you should avoid using PowerPoint to create your presentation.

    "Think about what happens when you open PowerPoint. A blank-format slide appears that contains space for words—a title and subtitle. This presents a problem. There are very few words in a Steve Jobs presentation. Now think about the first thing you see in the drop-down menu under Format: Bullets & Numbering. This leads to the second problem. There are no bullet points in a Steve Jobs presentation. The software itself forces you to create a template that represents the exact opposite of what you need to speak like Steve!"4

    Take a look at the following comparison of bullet-point slides compared to the same information, presented visually.

  5. Practice, a lot. Most people read their presentations off of their PowerPoint slides. This is why most presentations are boring. Steve treated every slide as piece of poetry and every presentation as a theatrical event. He wasn't a natural presenter; he worked very hard at it. Rehearse your presentation, toss the script and look at your audience. Practice at making it look effortless.
  6. Obey the ten-minute rule. It's a scientific fact that the brain gets tired after ten minutes. Steve's presentations typically lasted an hour and a half. He would break them up into short intervals of ten minutes or less by interspersing videos, demonstrations, or guest speakers. Don't let your audience get tired or you'll lose them.

    A great way to keep your audience's attention when presenting information is though sequencing, which builds the story within a visual one step at a time, making the information much easier to digest.

  7. Dress up your numbers. We often deal with large numbers or data that an audience can't comprehend without context. Breaking them down and presenting numbers visually can overcome this. Notice how much more effectively the chart below illustrates sales figures as opposed to a matrix of data.
  8. Reveal a 'holy smokes!' moment. Maya Angelou said, "People will forget what you said, people will forget what you did, but people will never forget how you made them fe el." Steve Jobs always produced a memorable moment in a pre sentation. When he introduced the MacBook Air, he told his a udience that while everyone had seen manila envelopes floating around the office, what they had never seen was someone pulling a notebook computer out of one—which is precisely what he did. The audience went wild and images of that moment remain emblazoned in people's minds four years later.
  9. Sell dreams, not products. When it looked at the iPod, the world saw a music player. What Steve Jobs saw was a tool to enrich people's lives. Howard Schultz of Starbucks didn't have a passion to sell coffee; his vision was to create an experience: a 'third place' between home and work where people would want to gather. The dream met the customer's need and the product sales took care of itself.
  10. Have fun! When was the last time you saw someone enjoying giving a presentation? Steve Jobs had fun in every keynote. He made jokes at his own expense. While most people give presentations to deliver information, Steve always created an experience that his audience would enjoy and remember. Most importantly, he sold them on becoming a part of his dream, not his product.

(Source: SmartDraw presentation groupmail)

Ahad, Julai 01, 2012

Cerita Ketua Kampung dan Cerita Perompak

Cerita 1
Satu kumpulan penduduk yang tinggal di sebuah kampung berpakat melantik salah seorang dari mereka menjadi Ketua Kampung. Kerana kedudukan kampung tersebut yang jauh dari bandar menyukarkan mereka dalam urusan jual beli, maka mereka kemudiannya mengutip duit dari setiap anggota dan diserahkan kepada ketua mereka untuk membeli makanan di bandar berhampiran. Ketua ini mengambil 30% untuk dirinya dan menggunakan baki 70% itu untuk membeli makanan. Setelah dibeli maka diserahkan kepada anggota lain untuk memakannya. Maka ada yang bertanya, “kenapa sikit sangat?” Ketua itu menjawab,kamu sepatutnya berterima kasih dengan apa yang telah saya berjaya belikan untuk kamu. Di kampung sebelah sana, habis semua duit diambil oleh ketua yang mereka lantik! Di sini sekurang-kurangnya kamu dapat juga makanan!






Cerita 2
Pada masa yang sama, sebuah rumah di kampung yang berhampiran telah dimasuki perompak. Setelah mengikat tuan rumah sekeluarga maka perompak tersebut mula mengaut barang kemas dan wang yang dijumpainya. Tuan rumah yang diikat mula mengutuk perbuatan tersebut dan menyatakan bahawa perbuatan mencuri harta keluarganya adalah zalim dan tidak bertamadun. Lalu dengan satu nafas perompak itu menjawab, “kamu patutnya bersyukur kerana saya tidak bawa lori dan curi seluuuruh isi kandungan rumah kamu! Saya berbaik hati meninggalkan TV serta peti sejuk dan saya tidak mencederakan ahli keluarga kamu. Kalau pencuri lain, habis licin dia kerjakan kamu!”

Petikan dari blog khalidsamad.com
(Sumber : http://www.khalidsamad.com/2012/06/sketsa-jumaat-ketua-kampung-perompak.html)


::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::
Fikrah:
Cerita-cerita sebegini sememangnya perlu sebagai pencerahan kepada masyarakat. Berfikir dalam naluri asas sebagai seorang insan; lebih mudah dan hakiki daripada memberi fakta atau butiran yang panjang lebar... Apabila sudah faham premis yang ini, baru boleh buka kitab selanjutnya.

Jumaat, Mei 04, 2012

Apa agenda sebenar BERSIH 3.0?

Apa Agenda Sebenar BERSIH 3.0?

Masihkah kita ingat akan tragedi Misi Kemanusiaan Mavi Marmara yang mengocak sensitiviti umat Islam sedunia? Saya berpandangan di kalangan kita pun sedia maklum bahawa misi kemanusiaan untuk rakyat Palestin di bawah payung “Mavi Marmara” turut dipimpin oleh tokoh Mairead Maguire yang merupakan pemenang Anugerah Nobel 1976. Jika kita imbau latar belakang beliau, beliau merupakan tokoh katholik Kristian yang aktif sebagai sukarelawan Legion of Mary yang mengetengahkan agenda Kristian ke seluruh dunia.

Dalam masa yang sama juga, beliau juga merupakan co-founder kepada Committee on the Administration of Justice yang ditubuhkan pada tahun 1981 yang secara teang-terang membawa perjuangan hak asasi manusia secara mutlak sepertimana yang terkandung dalam Universal Declaration of Human Rights (UDHR) (termasuk LGBT).  Berdasarkan kepada fakta di atas, adakah wajar untuk kita mendakwa bahawa perjuangan “Mavi Marmara” itu adalah agenda Kristianisasi dan LGBT hanya disebabkan penglibatan seorang tokoh yang bernama Mairead Maguire.  Sekiranya latar belakang beliau menjadi ukuran besar sehingga boleh mencemarkan agenda “Mavi Marmara”, mengapakah pihak kerajaan Turki termasuk Humanitarian Relief Foundation (IHH) tidak menyekat beliau dari terlibat langsung dalam misi kemanusiaan ini?

Susulan dari tiga siri demonstrasi menuntut Pilihanraya yang bersih dan adil yang dianjurkan oleh Gabungan Pilihanraya yang bersih dan adil (BERSIH), saya amat terkilan dengan kewujudan dakwaan dangkal pihak yang tidak bertanggungjawab yang menanggapi sokongan NGO-NGO Islam terhadap BERSIH sama seperti menyokong agenda songsang Lesbian, Gay, Bisexual, and Transgender (LGBT) dan murtad.


Kenyataan jahat ini seakan-akan menggambarkan kegagalan pihak mereka untuk berfikir secara rasional, serta kedangkalan dalam membezakan kepentingan menuntut pengendalian tatacara pilihanraya yang telus serta tidak diragui integritinya dengan sokongan ke atas agenda-agenda yang dikaitkan dengan Dato’ Ambiga Srevanisan seperti LGBT dan Murtad.

Berdasarkan rekod perjuangan membawa agenda Islamisasi umat, saya berkeyakinan besar bahawa NGO Islam yang menyokong BERSIH seperti ABIM dan IKRAM sama sekali tidak bertoleransi terhadap sebarang usaha untuk mengarus perdanakan budaya songsang LGBT dalam kehidupan rakyat Malaysia.  Sebaliknya, usaha ini telah dibantah keras oleh NGO Islam. Sebagai contoh menerusi permuafakatan NGO Islam atau Allied Coordinating Committee of Islamic NGOs (ACCIN), ABIM turut terlibat dalam membuat laporan polis pada November 2011 di Balai Polis Pantai Bharu yang mengecam penganjuran Festival Seksualiti Merdeka 2011 yang dilihat cuba untuk membawa budaya songsang seperti LGBT secara terang-terangan. ABIM juga sepanjang zaman tetap konsisten dengan perjuangan menentang secara keras segala usaha untuk mencemarkan pegangan akidah umat Islam tanpa mengira kedudukan dan fahaman politik mana-mana pihak.


Tindakan menyamakan sokongan terhadap isu pokok iaitu menuntut Pilihanraya yang bersih dengan sokongan terhadap agenda Kristianisasi yang hanya bersandarkan kepada latar belakang individu yang bernama Dato Ambiga yang secara kebetulan dikatakan mirip dengan LGBT dan pemurtadan adalah sesuatu yang di luar logik fikiran. Cuba bayangkan sekiranya perjuangan BERSIH ini dipimpin oleh  tokoh Ulama terkemuka dalam negara, adakah kelompok bukan Islam yang menyokong isu pokok yang dibawa BERSIH ini boleh dikatakan telah memeluk agama Islam atau menjadi kuda tunggangan kepada agenda Islamisasi?


Dalam pada itu, saya tertarik untuk berkongsi pendirian yang dikemukakan oleh Setiausaha Agung Komenwel Kamalesh Sharma dalam satu laporan pada Julai 2011 ketika lawatannya ke Australia yang dengan keras menentang diskriminasi yang dilakukan terhadap kumpulan gay atau lesbian. Beliau selanjutnya menyebut “vilification and targeting on grounds of sexual orientation are at odds with the values of the Commonwealth”.


Sebagai salah sebuah negara Komenwel, adakah wajar kita menyamakan tindakan pemimpin negara yang secara konsisten mempertahankan keanggotaan Malaysia dalam Komenwel sebagai kelompok yang memperjuangkan LGBT hanya beralaskan kepada kenyataan yang dikeluarkan Kamalesh Sharma?


ANALOGI


Mungkin untuk lebih mudah difahami, saya ingin kemukakan kepada pembaca satu analogi paling mudah. Cuba bayangkan satu senario kita berada dalam sebuah pasaraya. Sewaktu kita berbaris untuk membuat bayaran, tiba-tiba timbul kekecohan bahawa berlaku penipuan yang dilakukan di pihak pasaraya iaitu harga barang yang didaftarkan di mesin “cashier” tidak sama dengan harga barang yang ditandakan pada tag harga.

Secara kebetulan kekecohan tersebut telah ditimbulkan oleh seorang tokoh Kristian yang terkenal dengan perjuangan Kristianisasi disebabkan beliau satu-satunya pihak yang dapat mengesan penipuan tersebut dan mempunyai akses maklumat yang lengkap berbanding pembeli lain kerana kepakaran yang dimiliki. Maka, tokoh tersebut mendesak pihak atasan dan pengurusan pasaraya tersebut untuk membuat siasatan dan meminta satu penjelasan yang jelas diberikan.


Insiden tersebut telah menyebabkan pembeli terbahagi kepada tiga kelompok.


Kelompok pertama adalah mereka yang tidak mahu penipuan dan penganiyaan dilakukan oleh pihak pengurusan pasaraya terhadap mereka. Maka kelompok ini tanpa memikirkan latar belakang tokoh Kristian tersebut telah turut bersama membuat aduan dan menuntut penjelasan yang jelas dari pihak atasan dan pengurusan pasaraya. Kelompok ini turut mengambil pertimbangan waras dan berfikiran jauh sekiranya tindakan tidak diambil kemungkinan besar saudara-mara, atau rakan-rakan mereka juga akan menjadi mangsa penipuan di suatu masa nanti.


Kelompok yang kedua pula ialah kelompok yang meninggalkan barang yang ingin dibeli dan kemudian beredar dari pasar raya tanpa membuat apa-apa. Ini adalah kelompok yang pentingkan diri dan tidak bertanggungjawab dengan membiarkan penipuan tersebut berlaku. Kelompok ini juga tidak berfikir panjang bahawa kemungkinan penipuan sebegini juga akan berlaku ke atas kaum kerabat serta teman-teman mereka yang akan membeli belah di pasaraya tersebut.


Kelompok ketiga adalah kelompok yang tidak memberi sebarang inisiatif untuk selesaikan masalah yang timbul dengan menuntut kebenaran dan keadilan, sebaliknya mengecam kelompok pertama kerana bersekongkol dengan tokoh Kristian tersebut yang mendesak penipuan itu disiasat dan dihentikan atas sebab secara kebetulan latar belakang tokoh Kristian tersebut. Kelompok ini juga telah menasihati pembeli lain bahawa aduan dan gesaan yang dilakukan tidak perlu sebaliknya menyarankan kepada pembeli untuk menyerahkan sepenuhnya kepada kebijaksanaan pihak atasan dan pengurusan pasaraya. Kelompok ini juga menyatakan bahawa “yang penting kita sebagai pembeli perlu menunaikan kewajipan dengan membuat bayaran sekiranya mahu memiliki barang yang dibeli tanpa perlu menyiasat sebarang keraguan, penyelewengan dan penipuan yang berlaku”.


Berdasarkan pertimbangan akal yang waras dan rasional, serta fitrah manusiawi yang sentiasa mencintai kebenaran dan menyayangi keadilan, kelompok manakah yang akan dipilih oleh kita ketika mana kita berada dalam situasi di atas?

Sudah tentu kita tidak akan memilih untuk berada dalam kelompok yang ketiga melainkan disebabkan tiga faktor utama. Faktor pertama adalah disebabkan kedangkalan serta kebodohan mereka sendiri  khususnya dalam membuat keputusan. Kedua adalah faktor hutang iaitu kemungkinan mereka telah berhutang sama ada budi atau wang ringgit (termasuk rasuah) dengan pihak atasan pasar raya yang menyebabkan mereka terpaksa mempertahankan tindakan penyelewengan pihak atasan pasaraya tersebut sebagai balasan kepada hutang (rasuah) yang dibeikan. Faktor ketiga adalah kerana faktor kroni iaitu kemungkinan pasaraya tersebut dimiliki oleh anak-beranak, atau saudara mara mereka. Selain dari ketiga-tiga faktor ini seseorang insan tidak akan dengan dayus menggadai kehendak fitrah manusiawi yang dianugerahkan Allah kepada dirinya iaitu sentiasa mendambakan kebaikan, kejujuran, dan ketelusan dengan menjadi kelompok yang ketiga.


Islam termasuk bidang ketatanegaraan dan tatakelolaan yang baik.

Dalam konteks gerakan Islam yang menjunjung tinggi kesyumulan ajaran itu dalam setiap aspek kehidupan termasuk ketatanegaraan dan tatakelolaan yang baik (Good Governance), kita harus menilai tuntutan-tuntutan yang dikemukakan BERSIH itu sebagai suatu yang perlu dipandang berat oleh umat Islam selaku teras politik di negara ini seperti kewujudan nama pengundi yang meragukan (pengundi hantu), integriti saluran undi POS, akses saksama kepada media untuk semua parti politik, dan integriti serta kedudukan institusi-institusi awam selaku badan yang bebas dari pengaruh partisan mana-mana kelompok politik di samping amalan politik kotor dan rasuah yang sering diperkatakan oleh rakyat di peringkat akar umbi.

Ini memandangkan pengendalian pilihanraya yang telus serta tidak diragui integriti tatacara penganjurannya merupakan esensi penting untuk mendapatkan permuafakatan aspirasi rakyat serta pra-syarat kearah menjadi sebuah Negara yang baik atau “baldatun toyyibatun wa rabbun ghafur” bagi mencapai barakah dan keredhaan Allah. Bahkan umat Islam sendiri dituntut sentiasa jujur serta amanah dalam setiap apa yang dikerjakan.

Dalam perkembangan berkaitan, saya turut merasakan bahawa umat Islam perlu menganjak paradigma politik kontemporari mereka serta mengelakkan diri dari terkongkong dalam persepsi politik dangkal yang digerakkan oleh pihak tidak bertanggungjawab yang hanya akan merugikan kedudukan Islam itu sendiri di negara ini.

Bahkan saya khuatir, sekiranya situasi ini berterusan (mengaitkan sokongan BERSIH dengan agenda LGBT & Murtad), ia akan mengembangkan persepsi negatif terhadap umat serta gerakan Islam yang dianggap lesu dalam perjuangan demokrasi kerana gagal menilai secara objektif isu pokok yang dikemukakan.  Ini secara tidak langsung akan membuka ruang untuk pendokong LGBT dan gerakan pemurtadan mendampingi kelompok besar rakyat yang mahukan agenda  kebenaran dan keadilan ditegakkan di negara ini.



MUHAMMAD FAISAL ABDUL AZIZ


(Sumber: http://www.abim.org.my/component/content/article/11-beritautama/650-apa-agenda-sebenar-bersih-30.html)

Rabu, Februari 29, 2012

Amalkan Budaya Politik Matang, Tolak Keganasan Politik: Presiden


Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) ingin melahirkan kesal dan kecewa dengan beberapa insiden keganasan politik yang berlaku semenjak kebelakangan ini.Berdasarkan dari pengamatan pihak ABIM,  gejala keganasan politik ini tampak semakin menggejala terutama sekali dalam suasana teka-teki tarikh  Pilihanraya Umum Ke-13 yang semakin rancak diperkatakan. 

Insiden-insiden bermotif politik semakin kerap berlaku kebelakangan ini seperti mengganggu ceramah dan penerangan politik, mengakibatkan kecederaan fizikal dan kemusnahan harta benda, serta memecah masuk premis dan rumah tokoh politik, telah menyorot perhatian dan mencetuskan kebimbangan para pengamat politik serta rakyat secara umumnya.

Ini jelas menunjukkan ketidakmatangan budaya politik di peringkat akar umbi dan keluhuran demokrasi. Tambah mendukacitakan perkembangan ini terjadi ketika negara sedang menyaksikan keterbukaan wacana politik di kalangan para pemimpin serta parti-parti politik di negara ini. Insiden-insiden keganasan politik yang berlaku kebelakangan ini seharusnya menyedarkan para pemimpin politik bahawa para pendukung politik di peringkat akar perlu dididik serta dilatih, untuk mengamalkan budaya politik terbuka serta matang.

Dalam erti kata lain, gagasan serta idealisme politik yang sering dicanangkan oleh para pemimpin politik tidak ubah sebagai retorik kosong semata-mata sementelahan amalan politik akar umbi terus-terusan dizahirkan menerusi kebobrokan akhlak, gejala fitnah memfitnah yang mengaibkan seteru politik, keganasan, caci maki dan ugutan.    

Justeru ABIM menyeru pimpinan politik supaya mendidik serta mengawal perilaku serta akhlak tindak tanduk politik para penyokong masing-masing agar menjunjung tinggi prinsip Kedaulatan Undang-undang sepertimana yang digariskan dalam Rukun Negara. 

Selain integriti kepimpinan politik, amalan demokrasi yang positif turut menekankan peri pentingnya budaya kepengikutan yang bersandarkan nilai-nilai moral dan keagamaan yang menghormati tidak sahaja kawan tetapi juga lawan.

ABIM berharap agar insiden-insiden ini tidak berulang di masa hadapan taktala Negara sedang meniti detik-detik getir menjelang Pilihanraya Umum Ke-13. Kita tidak mahu insiden-insiden keganasan politik yang sering berlaku di luar Negara menggejala lantas mencemarkan kestabilan, keamanan dan keharmonian negara kita.

Justeru ABIM menggesa agar pihak berwajib memelihara hak-hak bersuara serta berhimpun seperti yang termaktub di dalam perlembagaan persekutuan serta mengambil tindaka keras terhadap mana-mana pihak yang cuba mencetuskan keganasan politik secara adil dan tanpa memilih bulu.

Sesungguhnya rakyat sudah jelik dengan amalan politik “matlamat menghalalkan cara” yang semakin berleluasa dan menyeru semua pihak memainkan peranan untuk membawa rakyat kembali  berpegang kepada prinsip “Negara Barakah” yang menjunjung tinggi prinsip, nilai akhlaq serta etika dan moral.

Amidi Abd Manan, Presiden Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM)

Selasa, Januari 31, 2012

Hayati Keunggulan Konsep Wassatiyyah

Kesederhanaan atau wasatiyyah adalah identiti agama Islam. Islam mengajar penganutnya agar mengamalkan segala suruhan dan menjauhi segala larangan tanpa sebarang tokok tambah yang menyusahkan. Dalam Islam sesuatu yang menyusahkan bukanlah sesuatu yang terbaik. Maka sebab itulah kita dianjurkan untuk segera berbuka puasa dan melewatkan pula sahurnya. Begitu juga dalam ibadah yang lain. Ini dapat kita perhatikan apabila teguran yang Nabi Muhammad s.a.w berikan kepada sekumpulan sahabat yang mahu mengekang nafsu dari berkahwin, tidak mahu berbuka apabila berpuasa dan mengharamkan diri dari memakan daging yang halal.

Baginda mengingatkan, kepada mereka, sedangkan Baginda sendiri seorang Nabi, Baginda berkahwin, berbuka apabila berpuasa dan memakan daging yang dihalalkan. Lantas Baginda memberikan penegasan bahawa sesiapa yang tidak menyukai sunnah Baginda dia bukanlah terdiri dari umat Nabi Muhammad. Wasatiyyah dalam Islam bukan terhenti sekadar pada ibadah semata-mata, tetapi juga dari sudut pemikiran, akidah dan akhlak. Kesederhanaan menjadikan Islam itu indah dan mampu menarik manusia untuk mendekatinya. Menakrifkan kesederhanaan atau wasatiyyah bukanlah mudah. Ini diakui sendiri oleh Ibnu Maskaweh yang menyatakan: “Sesungguhnya sukar menentukan pertengahan itu dan berpegang kepadanya setelah ,menetapkannya”

Wasatiyyah juga bukanlah bererti menghindari segala bentuk tindakan yang agresif. Baik bersifat persendirian mahupun berkumpulan. Peperangan bagi menuntut hak dan mengembalikan kebenaran ditempatnya adalah satu tindakan yang masih lagi dalam ruang lingkup wasatiyyah. Golongan yang tertindas apabila bangkit menentang kezaliman tidaklah dianggap sebagai golongan pelampau dalam Islam.

Menentang segala ketidakadilan dan penindasan adalah suatu tugas yang wajib dilaksanakan oleh setiap kaum muslimin. Malah membebaskan puak yang tertindas dan dizalimi amat dituntut oleh Islam. Wasatiyyah juga bukan bermaksud menerima kedua-dua pandangan yang berada pada dua hujung yang saling bertentangan. Menerima segala-galanya demi menjaga hati dan menjauhi kemarahan mana-mana pihak. 

Mencampur adukkan kebenaran dan kebatilan bukanlah ciri wasatiyyah Islam yang disarankan oleh Rasulullah s.a.w. Umat Islam perlu memelihara prinsip dengan tegas dan jangan sesekali membenarkan prinsip ajaran Islam diperkotak- katikkan dengan mudah. Inilah yang sering disalah tafsir oleh masyarakat Barat. Mereka mahukan konsep wasatiyyah selari dengan pandangan hidup yang moderat.

Mereka melabelkan sesiapa sahaja yang berpegang teguh dengan ajaran agama sebagai fundamentalis yang ekstrem. Pada mereka muslim yang moderat adalah muslim yang mengamalkan agama Islam seperti kacamata mereka terhadap agama Kristian. Kristian hanya pada nama, bukan amalan dan kepercayaan. Mereka dengan bangga menyatakan I’m a Christian, but I’m not going to the church every Sunday. Pada mereka cukuplah sekadar ada agama tapi untuk mengamalkannya jauh sekali.

Mereka dengan segera dan rakus melabelkan pejuang jihad sebagai ekstremis. Walau apa pun alasannya, jihad adalah satu keganasan. Mereka dengan penuh rasa benci menyatakan bahawa Islam adalah agama peperangan. Kalimah jihad mesti dihapuskan dari kamus ajaran Islam. Bagi mereka moderat adalah kelompok yang berfikiran terbuka dan menerima apa saja dari siapa sahaja tanpa kayu ukur kebenaran. 

Kebenaran bagi mereka bersifat relatif bukan sesuatu yang muktamad. Kebenaran diukur menerusi citarasa dan sokongan majoriti. Pada mereka pula segala pandangan yang bersumberkan kitab suci agama yang mengenepikan pilihan atau kecenderungan manusia adalah tidak moderat dan tertutup. Justeru apabila kita berbicara mengenai wasatiyyah ia adalah satu konsep yang jauh dengan terjemahan moderat dalam masyarakat barat.

Kita mesti berpegang dengan keutuhan konsep wasatiyyah yang dianjurkan oleh Islam. Konsep wasatiyyah adalah konsep yang murni bagi memelihara karamah insaniyah yang tinggi. Bagi memastikan konsep wasatiyyah ini dapat dipelihara dan diamalkan oleh masyarakat, maka satu agenda diperlukan bagi menghapuskan sebarang bentuk belenggu yang bercirikan pembodohan dan pembebalan. Ini kerana sifat bodoh dan bebal akan menjerumuskan kita ke lembah ketaksuban dan kehancuran. Ia mengingkari konsep wasatiyyah seperti yang dianjurkan oleh Islam.

Amidi Abd Manan
(Sumber: http://www.abim.org.my/component/content/article/6-laporan-aktiviti/342-pertahankan-keunggulan-konsep-wassatiyyah.html)

Jumaat, Disember 09, 2011

Kisah Nabi Sulaiman as dan Seekor Semut


NABI SULAIMAN AS DAN SEEKOR SEMUT (1)
Kerajaan Nabi Sulaiman AS dikala itu sedang mengalami musim kering yang begitu panjang.Lama sudah hujan tidak turun membasahi bumiKekeringan melanda di manamana.Baginda Sulaiman AS mulai didatangi oleh umatnya untuk dimintai pertolongan danmemintanya memohon kepada Allah SWT agar menurunkan hujan untuk membasahi kebun-kebun dan sungai-sungai mereka. Baginda Sulaiman AS kemudian memerintahkan saturombongan besar pengikutnya yang terdiri dari bangsa jin dan manusia berkumpul dilapangan untuk berdoa memohon kepada Allah SWT agar musim kering segera berakhir danhujan segera turun.
Sesampainya mereka di lapangan Baginda Sulaiman AS melihat seekor semut kecil berada diatas sebuah batu. Semut itu berbaring kepanasan dan kehausan. Baginda Sulaiman ASkemudian mendengar sang semut mulai berdoa memohon kepada Allah SWT penunai segalahajat seluruh makhluk-Nya. “Ya Allah pemilik segala khazanahaku berhajat sepenuhnyakepada-Mu, Aku berhajat akan air-Mu, tanpa air-Mu ya Allah aku akan kehausan dan kamisemua kekeringanYa Allah aku berhajat sepenuhnya pada-Mu akan air-Mu, kabulkanlahpermohonanku”, do’a sang semut kepada Allah SWT. Mendengar do’a si semut maka BagindaSulaiman AS kemudian segera memerintahkan rombongannya untuk kembali pulang kekerajaan sambil berkata pada mereka, “kita segera pulangsebentar lagi Allah SWT akanmenurunkan hujan-Nya kepada kalian. Allah SWT telah mengabulkan permohonan seekorsemut”. Kemudian Baginda Sulaiman dan rombongannya pulang kembali ke kerajaan.
NABI SULAIMAN AS DAN SEEKOR SEMUT (2)
800pxmeateaterantfeedin.jpg
Suatu hari Baginda Sulaiman AS sedang berjalan-jalan. Ia melihat seekor semut sedangberjalan sambil mengangkat sebutir buah kurmaBaginda Sulaiman AS terus mengamatinya,kemudian beliau memanggil si semut dan menanyainyaHai semut kecil untuk apa kurmayang kau bawa itu?. Si semut menjawabIni adalah kurma yang Allah SWT berikan kepada kusebagai makananku selama satu tahun.
Baginda Sulaiman AS kemudian mengambil sebuah botol lalu ia berkata kepada si semut,Wahai semut kemarilah engkaumasuklah ke dalam botol ini aku telah membagi dua kurmaini dan akan aku berikan separuhnya padamu sebagai makananmu selama satu tahun.Tahun depan aku akan datang lagi untuk melihat keadaanmuSi semut taat pada perintahNabi Sulaiman AS. Setahun telah berlalu. Baginda Sulaiman AS datang melihat keadaan sisemut. Ia melihat kurma yang diberikan kepada si semut itu tidak banyak berkurangBagindaSulaiman AS bertanya kepada si semuthai semut mengapa engkau tidak menghabiskankurmamu Wahai Nabiullahaku selama ini hanya menghisap airnya dan aku banyakberpuasa. Selama ini Allah SWT yang memberikan kepadaku sebutir kurma setiap tahunnya,akan tetapi kali ini engkau memberiku separuh buah kurmaAku takut tahun depan engkautidak memberiku kurma lagi kerana engkau bukan Allah Pemberi Rizki (Ar-Rozak), jawab sisemut.
(Sumber: anayusof.wordpress.com)