Ahad, Januari 09, 2011

Pengkisahan Kurikulum dalam KSSR

Fikrah:

1) Realitinya, dalam perkembangan pendidikan yang memberi respon kepada keperluan masyarakat, kurikulum yang baru ini (KSSR) nanti, akan memberi penekanan kepada aspek bahasa dan komunikasi. Aspek pembinaan kognitif adalah lebih jelas dalam matematik dan sains tidak pula diberi penekanan. Ini ditunjukkan dengan pengurangan waktu pembelajaran kedua-dua subjek ini dalam seminggu, berbanding dalam pelaksanaan KBSR. Pelaksanaan ini telahpun diwartakan untuk tahap 1, bermula 2011.

2) Alasan yang diberikan adalah untuk membaiki aspek komunikasi murid (kecerdasan sosial) yang selama ini diabaikan  diberi penekanan yang terlalu sedikit. Ketidakbolehan murid dalam menguasai 2M, (membaca dan menulis) adalah suatu yang tidak boleh diterima terutama setelah melalui 11 tahun sistem persekolahan. Bagaimanapun, adakah dengan meringankan dan mengorbankan atau memangsakan dua subjek pembinaan kognitif utama ini? 

3) Mata pelajaran lain juga berperanan dalam membina kognitif (daya pemikiran minda) murid, namun tidak sesaintifik, dan tidak sesistematik bidang pembelajaran matematik dan sains; keteraturan pemikiran yang hanya diperolehi dalam disiplin dua ilmu ini! Kemahiran Mengira, M yang ketiga dalam kurikulum KBSR secara praktikalnya tidak ditambah  baik; suatu keputusan yang ironi apabila dalam KSSR, ditulis secara tersurat untuk menguatkan unsur 4M, iaitu membaca, menulis, mengira dan tambahan M yang keempat, iaitu Menaakul.

4) Menaakul adalah kemahiran pemikiran aras tinggi dalam memahami sebab-akibat. Dalam Taxonomy Bloom sekalipun, ia berada dalam aras kesusahan sederhana. Kemahiran menaakul juga dikategorikan dalam kebolehan menganalisis. Murid seharusnya mampu memahami proses mendapat suatu ilmu itu, daripada menerima suatu ilmu itu seadanya. Kemahiran ini juga penting dalam kehidupan seharian untuk membaca situasi yang berlaku di sekeliling kita agar tidak mudah tertipu, dan bersedia untuk melakukan perubahan-perubahan yang diperlukan dalam masyarakat.


(rajah di atas menunjukan perkembangan kognitif daripada taxonomy bloom yang dikaji semula versi baru, 2005.) 
(Sumber : http://www.odu.edu/educ/llschult/blooms_taxonomy.htm)

5) Asas dalam pembelajaran (learning) adalah untuk mengisi aspek What (pengetahuan), How (kemahiran), and Why (penaakulan). Pembinaan ilmu semestinya perlu mengisi kekuatan kognitif (minda), dan juga kekuatan jiwa (qalb). Dan itulah yang harus kita kerjakan dari sekarang bersama-sama. 

Jumaat, Januari 07, 2011

Why we shout in anger?

A professor was teaching about anger; he asked his students, "Why do we shout in anger? Why do people shout at each other when they are upset? The students thought for a while. One of them said, we shout because we lose our calm. "But why shout when the other person is just next to you?" asked the professor. "Isn't it possible to speak to him or her with a soft voice? Why do you shout at a person when you are angry?" The students gave some other answers but none satisfied the professor. Finally he explained, "When two people are angry at each other, their hearts psychologically distance themselves. To cover the distance, they must shout to be able to hear each other.

The angrier they are, the stronger they will shout to hear each other through that great distance. Then the professor asked, "What happens when two people fall in love? They don't shout at each other but talk softly, why? It is because their hearts are psychologically knitted. The distance between them is very short. The professor continued, "And when they love each other even more, what happens? They do not speak, only whisper and they even get even closer to each other in their love.

Finally they even need not whisper, they only look at each other and that's all....

So next time you shout at a loved one or a colleague, know that you are creating distance between your heart and that person's heart. The true test of growth in your life is not always found in what you say, but in what you choose NOT to say. Even though you might have every "right" to respond harshly to someone who has wronged or offended you (personally or professionally), remember the big picture and this whole story.

How many times have you been spared in spite of your mistakes and imperfections? Grace enabled us to see each day. Reflect on that and don't take things for granted in your life. In appreciation for all that you have been given, choose to give up your right to hold an offense or debt against others. Your capacity to thrive and the grandeur of your life's legacy will be a direct reflection of your ability to forgive and forget.

"Smart people know how to hold their tongue; their grandeur is to forgive and forget".

Isnin, Januari 03, 2011

Permainan guru untuk pemikiran

Seorang guru perempuan sedang bersemangat mengajarkan sesuatu kepada murid-muridnya. Ia duduk menghadap murid-muridnya. Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada pensil.

Guru perempuan itu berkata, “Saya ada satu permainan… Caranya begini, ditangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada pensil. Jika saya angkat kapur ini, maka berkatalah “Kapur!”, jika saya angkat pensil ini, maka berkatalah “Pensil!”
Murid muridnya pun faham dan mengikuti. Guru berganti-gantian mengangkat antara kanan dan kiri tangannya, semakin lama semakin cepat. 
Beberapa saat kemudian guru kembali berkata, “Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka sebutlah “Pensil!”, jika saya angkat pensil, maka katakanlah “Kapur!”. 
Dan diulangkan seperti tadi, pastilah murid-murid tadi keliru dan kekok, dan sangat sukar untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi kekok. Selang beberapa saat, permainan berhenti.
Guru perempuan tersenyum kepada murid-muridnya. “Murid-murid, begitulah kita umat Islam. Mulanya yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Kita begitu jelas membezakannya. 
Namun kemudian, musuh musuh kita memaksakan kepada kita dengan perbagai cara, untuk menukarkan sesuatu, dari yang haq menjadi bathil, dan sebaliknya. 
Mula-mula mungkin akan sukar bagi kita menerima hal tersebut, tapi karena terus dibudayakan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kamu akan terbiasa dengan hal itu. Dan anda mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kamu tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan waktu.
“Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang susah, Zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, tanpa rasa malu, sex sebelum nikah menjadi suatu kebiasaan dan trend, sentiasa dengan hiburan yang melalaikan sehingga melupakan yang wajib adalah biasa, materialistik kini menjadi suatu gaya hidup dan lain lain.”
“Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disadari, anda sedikit demi sedikit menerimanya tanpa rasa ia satu kesalahan dan kemaksiatan. Paham?” tanya Guru kepada murid-muridnya. “Paham guru…”
“Baik permainan kedua…” begitu Guru melanjutkan.
“Ini ada al-Qur’an,saya akan meletakkannya di tengah karpet. Sekarang anda berdiri diluar karpet. Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qur’an yang ada ditengah tanpa memijak karpet?”
Murid-muridnya berpikir.Ada yang mencuba alternatif dengan tongkat, dan lain-lain.
Akhirnya Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil Qur’an. Ia memenuhi syarat, tidak memijak karpet.
 “Murid-murid, begitulah umat Islam dan musuh-musuhnya…Musuh-musuh Islam tidak akan menyerang anda dengan terang-terang…Kerana tentu anda akan menolaknya mentah mentah. Orang biasapun tak akan rela kalau Islam dihina dihadapan mereka. Tapi mereka akan menggulung anda perlahan-lahan dari tepi, sehingga anda tidak sedar.
“Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka dibuatlah tiang yang kuat. Begitulah Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau dimulai dengan tiangnya dulu, tentu saja hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dulu, kursi dipindahkan dulu, almari dikeluarkan dulu satu persatu, baru rumah dirobohkankan…”
“Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kita. Ia tidak akan menyerang terang-terangan, tapi ia akan perlahan-lahan mempengaruhi anda. Mulai dari perangai anda, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga meskipun anda Islam, tapi anda telah meninggalkan ajaran Islam dan mengikuti cara yang mereka… 
Dan itulah yang mereka inginkan.” “Ini semua adalah fenomena Ghazwul Fikri (Perang Pemikiran). Dan inilah yang dijalankan oleh musuh-musuh kita… ”
“Kenapa mereka tidak berani terang-terang menyerang, cikgu?” tanya murid- murid.
“Sesungguhnya dahulu mereka terang-terang menyerang, misalnya Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tapi sekarang tidak lagi.”
 “Begitulah Islam… Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sedar, akhirnya
hancur. Tapi kalau diserang serentak terang-terangan, mereka akan bangkit serentak, baru mereka akan sedar”.
“Kalau begitu, kita selesaikan pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdoa dahulu sebelum pulang…” Matahari bersinar terik takala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka dengan fikiran masing-masing bermain di kepalanya…almerbaui
Selamat mengajar guru, didiklah anak muridmu menjadi manusia berakhlak mulia. Ingatlah,  besar ganjaran pahalanya.

Selasa, Disember 28, 2010

PEERS - pendidikan kesihatan reproduktif dan sosial



KPM telah melaksanakan Pendidikan Kesihatan Reproduktif dan Sosial (PEERS) sejak 1989 di sekolah menengah dan sejak 1994 di sekolah rendah, khususnya melalui mata pelajaran Pendidikan Kesihatan dan secara merentas kurikulum mata pelajaran lain seperti bahasa, Sains, Biologi, Pendidikan Islam dan Pendidikan Moral. Istilah “Pendidikan Seks” tidak digunakan sama sekali dalam konteks pendidikan di Malaysia kerana ia memberi konotasi yang negatif dalam kalangan masyarakat kita. Istilah “Pendidikan Kesihatan Reproduktif dan Sosial” digunakan susulan daripada kelulusan Kabinet pada 20 Disember 2006 untuk menggantikan nama “Pendidikan Kesihatan Keluarga” (1989 – 2002) dan “Pendidikan Seksualiti” (2003 – 2005) yang digunakan sebelum ini.

Kurikulum Pendidikan Kesihatan terdiri daripada elemen PEERS (75%), pemakanan (15%) dan pertolongan cemas (10%). Kandungan PEERS dalam Pendidikan Kesihatan digubal berdasarkan kepada tahap perkembangan kognitif dan kesesuaian peringkat umur kumpulan sasaran. Setiap individu perlu dilengkapi dengan kemahiran membuat keputusan konstruktif, bijak dan bertanggungjawab dalam menangani situasi berisiko.
PEERS merangkumi :

· Kesihatan diri dan reproduktif
- aspek perkembangan dan perubahan fizikal, fisiologikal serta psikologikal semasa akil baligh, dan penjagaan kesihatan reproduktif.

· Penyalahgunaan bahan
- kesan buruk pengambilan bahan berbahaya iaitu rokok, dadah, inhalan dan alkohol, serta kemahiran berkata TIDAK.

· Kemahiran pengurusan mental dan emosi
- kemahiran pengurusan konflik dan stres dalam diri, keluarga, rakan sebaya dan masyarakat.

· Kekeluargaan
- kepentingan institusi perkahwinan, kekeluargaan, peranan dan tanggungjawab ahli dalam keluarga.

· Perhubungan
- kepentingan etiket perhubungan dan kemahiran interpersonal yang positif dalam persaudaraan serta persahabatan.

· Pencegahan penyakit
- pengetahuan dan kemahiran mengurus kesihatan daripada penyakit berjangkit, tidak berjangkit, genetik, keturunan dan mental.

· Keselamatan
- langkah-langkah keselamatan diri di rumah, sekolah, taman permainan dan tempat awam, serta akta perlindungan bagi kanak-kanak, gadis dan wanita, termasuk kemahiran keselamatan diri iaitu mengelak diri daripada ancaman orang yang tidak dikenali dan orang yang perlu dihubungi jika berlaku gangguan, ancaman serta kecemasan.

PEERS memberi kesedaran dan membantu murid membentuk pandangan yang positif tentang kesihatan reproduktif dan sosial, menyediakan maklumat yang perlu diketahui supaya mereka mengambil berat tentang kesihatan seksual, dan membantu mereka memperoleh kemahiran membuat keputusan yang bertanggungjawab pada masa kini serta masa depan.

Peka kepada keperluan terhadap PEERS yang dilaksanakan melalui mata pelajaran Pendidikan Kesihatan, maka kurikulum Pendidikan Kesihatan sentiasa disemak dan ditambah baik dari semasa ke semasa. Bermula tahun 2011, Pendidikan Kesihatan akan diajar secara berasingan sebagai satu mata pelajaran dan tidak bercantum dengan mana-mana mata pelajaran lain. Sebelum ini Pendidikan Kesihatan digabung dengan Pendidikan Jasmani dan diajar sebagai mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Pendidikan Kesihatan (PJPK). Pendidikan Kesihatan diberi peruntukan satu waktu (30 minit) setiap minggu bermula dengan Tahun 1 pada tahun 2011.

PEERS adalah satu proses sepanjang hayat untuk memperoleh pengetahuan dan membentuk sikap, nilai serta kepercayaan terhadap identiti, perhubungan dan keintiman sesama insan. PEERS mencakupi pengetahuan dari aspek biologikal, sosiobudaya, psikologikal dan kerohanian ke arah amalan tingkah laku yang sihat dalam kehidupan dan tidak hanya berfokus kepada isu seksual. Contohnya, skop PEERS dalam kurikulum Pendidikan Kesihatan pada Tahap Satu sekolah rendah merangkumi topik perbezaan aspek fizikal lelaki dan perempuan, tanggungjawab menjaga kebersihan diri, kemahiran berkata TIDAK kepada sentuhan tidak selamat, kepentingan memelihara kehormatan diri serta pengurusan perasaan.

Adalah menjadi hasrat KPM untuk meningkatkan kesedaran dalam kalangan masyarakat dan seterusnya merealisasikan kejayaan PEERS. Kejayaan ini memerlukan penggemblengan usaha dan kerjasama berterusan daripada semua pihak terutamanya ibu bapa dalam mendidik anak dengan maklumat dan pengetahuan PEERS yang sempurna. Justeru, KPM ingin menjelaskan bahawa dalam konteks pendidikan di Malaysia, kita menggunakan istilah Pendidikan Kesihatan Reproduktif dan Sosial yang mana singkatannya ialah PEERS. PEERS dilaksanakan secara komprehensif dan kohesif dari sekolah rendah hingga sekolah menengah untuk meningkatkan kesedaran dan membantu murid memperoleh kemahiran membuat keputusan yang bijak serta bertanggungjawab pada masa kini dan masa depan.


UNIT KOMUNIKASI KORPORAT
KEMENTERIAN PELAJARAN MALAYSIA

Khamis, Disember 23, 2010

Pluralisme: Masalah metodologi, bukan niat

Pluralisme: Masalah metodologi, bukan niat
Shah al-Maududy
Dis 18, 10
8:47pm
Akhir-akhir ini, terdapat ahli akademik cenderung melabel tokoh-tokoh tertentu, sebagai cenderung atau menyokong fahaman pluralisme agama.

Ada tokoh dilabelkan sedemikian, kerana menghadiri satu 'majlis rasmi' kuil Buddha di Kelantan. Seorang lagi tokoh dikaitkan dengan pluralisme, antaranya disebabkan sikapnya yang konsisten membenarkan penggunaan nama Allah oleh bukan Islam.

meccaAda pihak yang menganggap 'kecenderungan melabel' itu sebagai berniat jahat. Tapi, saya tidak beranggapan sedemikian. Saya tidak percaya, ahli akademik yang melabel itu berniat jahat. Saya percaya, ahli akademik tersebut berniat baik dan ikhlas. Iaitu memelihara kesucian agama.

Saya juga tidak mempercayai, 'pelabelan' ini dilakukan dengan niat menggunakan isu akidah, untuk mewujudkan permusuhan di kalangan ahli politik.
Sangat serius

Pada pengamatan saya, 'pelabelan' yang 'sangat serius' ini, berpunca daripada kesilapan metodologi yang diguna pakai, dalam mendiskusi isu-isu agama. Ia bukan isu 'niat jahat'. Ia sebaliknya isu 'ketempangan metodologi'.

Sepatutnya, dalam membuat keputusan berhubung isu-isu agama (sebenarnya dalam semua isu), nas-nas al-Quran dan hadis, hendaklah dirujuk terlebih dahulu.

Kesilapan akan berlaku, apabila yang pertama dirujuk, ialah kemaslahatan umum atau kebimbangan terhadap kedudukan agama. Sementara, nas-nas syarak dikemudiankan.

sitting in a mosqueMetodologi yang salah inilah juga antara faktor tercetusnya 'budaya tahrim', iaitu budaya suka mengharam sesuatu secara melulu.

Akibatnya, mendoakan kesejahteraan keduniaan kepada bukan Islam, haram. Mendoakan keburukan kepada orang-orang Islam yang dianggap zalim, haram. Bukan Islam masuk ke dalam masjid, haram. Menyedekahkan hasil judi kepada fakir miskin, haram…

Semuanya diputuskan sebagai haram, kerana rujukan pertama kepada nas-nas syarak, tidak dilakukan terlebih dahulu.

Jika yang pertama dirujuk ialah nas-nas syarak, saya yakin, tokoh yang menghadiri majlis di kuil Buddha, atau membenarkan bukan Islam menggunakan kalimah Allah, tidak akan dilabel sebagai cenderung atau menyokong pluralisme. Bahkan, tidak akan ada yang tergamak melabel sedemikian.

masjid jamek mosqueIni disebabkan, apa yang dilakukan oleh Nabi SAW lebih 'dahsyat' daripada sekadar 'menghadiri majlis rasmi di rumah ibadat bukan Islam'.

Ibnu Ishaq dalam kitabnya berkenaan sirah nabawiyyah, mencatatkan peristiwa lawatan satu rombongan Kristian dari Najran ke Madinah, untuk bertemu Nabi SAW. Rombongan tersebut disambut Baginda SAW di masjid Baginda, Masjid Nabawi.
Kristian di masjid

Kebetulan, rombongan tersebut tiba di Masjid Nabawi selepas Asar, yang merupakan waktu sembahyang mereka. Lantas, rombongan Kristian itu bangun untuk mengerjakan sembahyang mereka dalam Masjid Nabawi.

Tatkala para sahabat mahu menegah mereka berbuat demikian, Nabi SAW bersabda, “biarkan mereka (mengerjakan sembahyang mereka)”. Lantas mereka mengadap ke arah timur, lalu mengerjakan sembahyang mereka dalam masjid kedua suci dalam Islam itu!

Peristiwa ini turut disentuh oleh Imam Ibnu Qayyim dalam karyanya Zadul Ma'ad, jilid 3.

putrajaya 120505 mosqueSikap lunak Nabi SAW terhadap bukan Islam, diteruskan oleh para sahabat Baginda. Syaidina Umar r.a sebagai contoh, mengarahkan diperuntukkan daripada Baitulmal, bantuan kewangan tetap kepada salah seorang Yahudi dan tanggungannya (al-Kharaj, karangan Abu Yusuf, ms.26 & Fiqh al-Zakat, karangan al-Qaradhawi, jilid 2, ms.705-706).

Beliau juga mengarahkan diperuntukkan dari Baitulmal bantuan kewangan kepada para pesakit kusta beragama Kristian (Ghair al-Muslimin Fi al-Mujtama' al-Islami, karangan al-Qaradhawi, ms.47).

Lebih dari itu, sesetengah para tabi'in yang terkemuka, memberikan sebahagian daripada zakat fitrah kepada paderi-paderi Kristian. Sesetengah daripada mereka, seperti Ikrimah, Ibnu Sirin dan al-Zuhri pula berpendapat, harus memberi zakat kepada mereka (Ghair al-Muslimin Fi al-Mujtama' al-Islami, ms.47)
Zakat kepada bukan Islam

Menyedari Nabi SAW pernah mengizinkan orang-orang Kristian mengerjakan sembahyang mengikut cara mereka dalam Masjid Nabawi, Syaidina Umar r.a memberikan bantuan kewangan kepada bukan Islam bersumberkan wang Baitulmal, dan ada tabi'in yang mengharuskan wang zakat diberikan kepada bukan Islam.

NONEMenyedari semua ini, adalah amat membingungkan, apabila seseorang itu dilabel sebagai condong kepada fahaman pluralisme, semata-mata kerana menghadiri 'majlis rasmi' di kuil Buddha!

Jika dirujuk nas-nas syarak berhubung penggunaan nama Allah oleh bukan Islam pula, saya yakin, tiada pihak yang sanggup melabelkan mana-mana orang Islam yang membenarkannya, sebagai penganut fahaman pluralisme.

Dalam surah al-Zumar ayat 3, Al-Quran merakamkan ucapan orang-orang musyrik yang menjustifikasikan perbuatan mereka menyembah berhala. Mereka berkata “Kami tidak menyembah atau memujanya (yakni berhala) melainkan supaya mereka mendampingkan kami kepada Allah sedamping-dampingnya”(al-Zumar : 3).

Jelasnya, mereka menggunakan kalimah Allah seperti yang dirakam sendiri oleh al-Quran. Dalam ayat di atas, al-Quran tidak menegah mereka menggunakan perkata Allah dalam ucapan mereka itu.

NONESebaliknya, al-Quran hanya menyebut dalam sambungan ayat di atas “Sesungguhnya Allah akan menghukum di antara mereka (dengan orang-orang yang tidak melakukan syirik) tentang apa yang mereka berselisihan padanya. Sesungguhnya Allah tidak memberi hidayah petunjuk kepada orang-orang yang tetap berdusta, lagi sentiasa kufur”(al-Zumar :3)

Rujukan kepada nas menemukan kita bahawa, pada zaman Nabi s.a.w, orang-orang bukan Islam bukan sahaja menggunakan kalimah Allah dalam ucapan mereka. Bahkan mereka menggunakan ucapan Bismillahirrahmanirrahim!.
Bismillahirrahmanirrahim

Dalam surat Raja Mesir, Muqauqis yang beragama Kristian kepada Nabi SAW, beliau memulakannya dengan “Bismillahirrahmanirrahim! Kepada Muhammad bin Abdullah (SAW) dari Muqauqis, pembesar Qibti…”(Ibnu Qayyim dalam Zadul Ma'ad, jilid 3, ms.61 & Ibnu Hisyam dalam Sirah Ibnu Hisyam, jilid 2, ms.359).

Tidak terdapat pula sebarang kenyataan yang menunjukkan Nabi SAW membantah penggunaan Bismillahirrahmanirrahim oleh Muqauqis itu.

taman tamadun islam 280906 mosqueDi samping nas-nas syarak yang dinyatakan, kenyataan para ulama juga sangat jelas berhubung soal ini. Contohnya, jumhur ulama mensyaratkan Ahli Kitab (penganut Yahudi dan Kristian) menyebut nama Allah ketika menyembelih binatang bagi menjadikannya halal dimakan oleh orang Islam (lihat tafsiran ayat 5 Surah al-Maidah dalam Tafsir al-Qurtubi).

Justeru, bagaimana boleh dikatakan, orang bukan Islam terutamanya Ahli Kitab, tidak boleh menggunakan kalimah Allah?

Penggunaan nama Allah oleh bukan Islam begitu luas pada zaman kegemilangan Islam, sehingga mereka menggunakannya dalam nama-nama mereka, tanpa ada bantahan dari ulama Islam.

ibrahimi mosque 240205Sebagai contoh, Hibatullah bin Tilmiz, yang merupakan salah seorang cendiakawan bukan Islam pada zaman Abbasiah (Ghair al-Muslimin Fi al-Mujtama' al-Islami, ms.53). Hibatullah adalah gabungan dua perkataan, iaitu Hibah dan Allah.

Berhadapan dengan nas-nas syarak dan fakta-fakta ini, saya tidak faham, bagaimana orang Islam yang membenarkan bukan Islam menggunakan kalimah Allah, dilabel sebagai menyokong fahaman pluralisme!

Bagi mengelakkan munculnya 'pandangan-pandangan yang menghairankan' ini, kembalilah kepada metodologi penentuan hukum dalam Islam. Rujuklah al-Quran dan Sunah terlebih dahulu, sebelum merujuk kepada sumber-sumber perundangan lain yang diperakui.

(Sumber : http://www.malaysiakini.com/letters/151160)


::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Isu yang berkaitan:

1) Pluralisme : Mufti Perlis tampil membela Nik Aziz http://www.malaysiakini.com/news/150923

2) IKIM tolak fahaman pluralisme agama

Jumaat, Disember 17, 2010

Muktamar PEPIAS 2010

Sekitar Muktamar PEPIAS tahun 2010

Tanggal 5 disember 2010 yang lalu, PEPIAS telah berjaya menyelesaikan Muktamar Agung Tahunan kali ke - 19. Sepanjang tempoh sebelum itu, kesemua cawangan telah mengadakan Mini muktamar masing - masing. Hampir kesemua cawangan melihatkan perubahan pimpinan termasuk pimpinan PEPIAS pusat. Alhamdulillah ini merupakan petanda sistem kaderisasi PEPIAS terus berjalan dengan baik.

Persoalannya ialah bagaimana PEPIAS mengembeling tenaga untuk mengisi barisan pelapis baru ini? Bersama hayati dan beriltizam dengan tema PEPIAS sesi 2010/2011;

MENGISI PEMUDA PERUBAH UMMAT, MEMBANGUN INSAN DIRUNTUHAN ADAB.

Untuk itu disertakan koleksi suasana muktamar cawangan untuk tatapan bersama moga terimbau semula semangat untuk terus memperbaiki diri dan berbakti.


Muktamar PEPIAS Kuala Langat


Muktamar PEPIAS Kuala Langat


Muktamar PEPIAS Petaling Jaya


Muktamar PEPIAS Petaling Jaya


Muktamar PEPIAS Pandan


Muktamar PEPIAS Pandan


Muktamar PEPIAS Bangi


Muktamar PEPIAS Bangi


Muktamar PEPIAS Gombak


Muktamar PEPIAS Pusat

FluCard vs Thumbdrive

The thumbdrive’s arch nemesis – FluCard

For the super busy parent who loves the idea of technology speeding up the daily routine,the FluCard is just the gadget to bring a new era of speed.The FluCard requires no need to be plugged into a USB connection to transfer files. All you need, is WIFI. Will you get the FluCard?
by Nadira Begum 
Filed under New ProductsNews
FluCard Singapore
The FluCard
Henn Tan, the Singaporean that brought the thumbdrive to the world has now invented another device that will take the world by storm. It’s the FluCard. We presume it was name this way as it will spread like a flu virus.
It is a thumbdrive with a difference. This time, you do not need any USB connection to transfer your files. All you need is, Wi-Fi.
The FluCard is a powerful SD card with built-in Wi-Fi technology. It is this technology that enables photos to be sent through the air to a person’s FluCard.
With the FluCard, you can exchange photos and video clips with friends and family even when outdoors. You can also transfer photos from your camera to your computer wirelessly. This means we can throw that USB cable or card reader into the bin.
The FluCard will work in most digital cameras, video cameras and digital photo frames that use Secure Digital Memory Cards (SD Cards). There is no need to configure anything, simply insert your FluCard into your camera and it is ready to exchange photos. You are given the option of configuring your FluCard so you can send photos to your personal server, or create a private photo-exchange group.
The FluCard can be configured using a computer or a mobile smart phone with Wi-Fi compatibility.
With regard to power consumption, Poo Teng Pin, vice president of Operations in Trek 2000, said the Wi-Fi module is activated only when users are sending or receiving files. Otherwise, it draws power like a normal SD card. Poo also told CNET Asia that the FluCard has an effective transmission range of 10m. Beyond that distance, it can still operate but may be subjected to interference from other wireless devices.
For now, the FluCard is able to transmit to one device only. If there is more than one FluCard equipped cameras around the vicinity, the card will connect to the nearest shooter with the strongest signal. This raises some security concerns because images and videos may be sent to another device which is not the intended recipient. In hindsight, the transmission range is still quite short, so you will know who you’re sending the pictures to. Hence, it seems secure to a certain extent.
The FluCard will be available in Singapore from next quarter. 
As to whether the FluCard will be made available in other forms, such as Compact Flash cards, Henn Tan, president of Trek 2000, said the company will monitor the market for demand.
From all these specifications, it seems Trek’s FluCard is slated to be the next generation of wireless SD cards for imaging devices. The Singapore Company anticipates professional photographers to be the first to adopt this media before it gains popularity among the masses.
The FluCard also receives support from Toshiba which will appoint Trek as the official OEM manufacturer for the card. The Japanese firm will also form a consortium to support the distribution of the FluCard as well as oversee the intellectual property protection for this latest innovation.
Trek aims sell the card in capacities ranging from 8GB to 128GB. The 8GB version will cost around US$100 and is expected in Singapore in the next quarter. The next market to get the FluCard will be Japan.
Source: CNET Asia

Sabtu, Disember 11, 2010

Saya petik:

Pelapor: Puan Siti Zailah Binti Mohd. Yusuff (Rantau Panjang) minta MENTERI KEWANGAN menyatakan jumlah pendapatan negara sejak tahun 2000 hingga tahun 2010 dari sumber pendapatan dari hasil lesen judi yang dikeluarkan dan jumlah perbelanjaan terperinci yang telah digunakan dari hasil pendapatan lesen judi tersebut.

JAWAPAN BERTULIS:

1.Untuk makluman Yang Berhormat, jumlah hasil yang disumbangkan oleh sektor perjudian kepada negara dari tahun 2000 hingga 30 September 2010 adalah seperti berikut: (senarai di atas)

2. Untuk makluman Yang Berhormat selanjutnya, kesemua hasil perjudian tersebut dimasukkan sebagai hasil ke dalam Kumpulan Wang Disatukan. Hasil dalam Kumpulan Wang Disatukan ini digunakan sebagai sumber perbelanjaan mengurus dan membangun negara tanpa disasar kepada sesetengah golongan sahaja.

:::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

Fikrah:-

1) kalau boleh dielakkan, elakkan lah... kalau tidak boleh dielakkan, banyakkanlah bersedekah, dan berinfaq.
2) Negara kita, tanggung jawab kita. Yang lebih utama, agama Kita, amanah kita. Bukankah kita dicipta untuk menjadi Khalifah di atas muka bumi? Selari dengannya, tugas kita sebagai hamba Allah yang mentaati segala perintah dan laranganNya... 

Bertindaklah. 

Rabu, Disember 01, 2010

Jangan Berhenti Tangan Mendayung

Sebuah artikel berjudul “Jangan Berhenti Tangan Mendayung, Nanti Arus Membawa Hanyut.”, nukilan fikrah dari Pak Natsir ini sangat penting untuk kita renungkan bersama. Ditulis pada 17 Ogos 1951, 6 tahun selepas Indonesia mencapai kemerdekaan. :



Hari ini, kita memperingati hari ulang tahun negara kita. Tanggal 17 Agustus adalah hari yang kita hormati. Pada tanggal itulah, pada 6 tahun yang lalu, terjadi suatu peristiwa besar di tanah air kita. Suatu peristiwa yang mengubah keadaan seluruhnya bagi sejarah bangsa kita. Sebagai bangsa, pada saat itu, kita 
melepaskan diri dari suasana penjajahan berpindah ke suasana kemerdekaan…Kini! Telah 6 tahun masa berlalu. Telah hampir 2 tahun negara kita memiliki kedaulatan yang tak terganggu gugat. Musuh yang merupakan kolonialisme, sudah berlalu dari alam kita. Kedudukan bangsa kita telah merupakan kedudukan bangsa yang merdeka. Telah belajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Telah menjadi anggota keluarga bangsa-bangsa. Penarikan tentara Belanda, sudah selesai dari tanah air kita. Rasanya sudahlah boleh bangsa kita lebih bergembira dari masa-masa yang lalu. Dan memang begitulah semestinya! 

Akan tetapi, apakah yang kita lihat sebenarnya? Masyarakat, apabila dilihat wajah mukanya, tidaklah terlalu berseri-seri. Seolah-olah nikmat kemerdekaan yang telah dimilikinya ini, sedikit sekali faedahnya. Tidak seimbang tampaknya laba yang diperoleh dengan sambutan yang memperoleh! Mendapat, seperti kehilangan! Kebalikan dari saat permulaan revolusi. Bermacam keluhan terdengar waktu itu. Orang kecewa dan kehilangan pegangan. Perasaan tidak puas, perasaan jengkel, dan perasaan putus asa, menampakkan diri. Inilah yang tampak pada saat akhir-akhir ini, justru sesudah hampir 2 tahun mempunyai negara merdeka berdaulat. 

Dahulu, mereka girang gembira, sekalipun hartanya habis, rumahnya terbakar, dan anaknya tewas di medan pertempuran, kini mereka muram dan kecewa sekalipun telah hidup dalam satu negara yang merdeka, yang mereka inginkan dan cita-citakan sejak berpuluh dan beratus tahun yang lampau. Mengapa keadaan berubah demikian? Kita takkan dapat memberikan jawab atas pertanyaan itu dengan satu atau dua perkataan saja. Semuanya harus ditinjau kepada perkembangan dalam masyarakat itu sendiri. Yang dapat kita saksikan ialah beberapa anasir dalam masyarakat sekarang ini, di antaranya: Semua orang menghitung pengorbanannya, dan minta dihargai. Sengaja ditonjol-tonjolkan kemuka apa yang telah dikorbankannya itu, dan menuntut supaya dihargai oleh masyarakat. Dahulu, mereka berikan pengorbanan untuk masyarakat dan sekarang dari masyarakat itu pula mereka mengharapkan pembalasannya yang setimpal… Sekarang timbul penyakit bakhil. Bakhil keringat, bakhil waktu, dan merajalela sifat serakah. 

Orang bekerja tidak sepenuh hati lagi. Orang sudah keberatan memberikan keringatnya sekalipun untuk tugasnya sendiri. Segala kekurangan dan yang dipandang tidak sempurna, dibiarkan begitu saja. Tak ada semangat dan keinginan untuk memperbaikinya. Orang sudah mencari untuk dirinya sendiri, bukan mencari cita-cita yang di luar dirinya. Lampu cita-citanya sudah padam kehabisan minyak, programnya sudah tamat, tak tahu lagi apa yang akan dibuat!… ”

”Saudara baru berada di tengah arus, tetapi sudah berasa sampai di tepi pantai. Dan lantaran itu tangan saudara berhenti berkayuh, arus yang deras akan membawa saudara hanyut kembali, walaupun saudara menggerutu dan mencari kesalahan di luar saudara. Arus akan membawa saudara hanyut, kepada suatu tempat yang tidak saudara ingini… Untuk ini perlu saudara berdayung. Untuk ini saudara harus berani mencucurkan keringat. Untuk ini saudara harus berani menghadapi lapangan perjuangan yang terbentang di hadapan saudara, yang masih terbengkelai… Perjuangan ini hanya dapat dilakukan dengan enthousiasme yang berkobar-kobar dan dengan keberanian meniadakan diri serta kemampuan untuk merintiskan jalan dengan cara yang berencana.”


Nota: Bacaan selengkapnya ada pada buku Capita Selecta 2, (Jakarta: PT Abadi, 2008).