Khamis, Disember 31, 2009

Math Challenge

What is the value of the second row?   

v
v
v
b
11
b
F
b
N
?
N
F
F
N
18
b
b
b
v
9
8
21
15
7
 
 

This is a mathematical challenge, and it's been said, although it could be far from the truth, that:

* If you're an engineer, you should be able to solve it under three minutes;  
* if you're an architect, in three hours;  
   
* if you're a doctor, in six hours;  
* if you're an accountant, in three months and  
* if you're a lawyer, probably never.


What if you're a teacher ? Can u?

Ahad, Disember 27, 2009

Bijak Wang

1) Harus jengah web ini, untuk perancangan kewangan yang tersusun, kemas dan bertanggung-jawab.
2) Rancangan Bijak Wang TV3 ini, adalah antara rancangan pelajaran kewangan yang terbaik dihasilkan oleh mana-mana stesyen TV di Malaysia setakat ini. Ada ke, sebelum ini?

http://www.tv3.com.my/bijakwang/

Sabtu, Disember 26, 2009

Keutamaan puasa 9 dan 10 Muharram


Oleh: Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin

[Di dalam kitab beliau Riyadhus Shalihin, Al-Imam An-Nawawi -rahimahullah- membawakan tiga buah hadits yang berkenaan dengan puasa sunnah pada bulan Muharram, yaitu puasa hari Asyura / Asyuro (10 Muharram) dan Tasu’a (9 Muharram)]

1) Hadis yang Pertama
عن ابن عباس رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ أن رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم صام يوم عاشوراء وأمر بصيامه. مُتَّفّقٌ عَلَيهِ
Dari Ibnu Abbas -radhiyallahu ‘anhuma-, “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan untuk berpuasa padanya”. (Muttafaqun ‘Alaihi).
2) Hadis yang Kedua
عن أبي قتادة رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ أن رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم سئل عن صيام يوم عاشوراء فقال: ((يكفر السنة الماضية)) رَوَاهُ مُسلِمٌ.
Dari Abu Qatadah -radhiyallahu ‘anhu-, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa hari ‘Asyura. Beliau menjawab, “(Puasa tersebut) Menghapuskan dosa satu tahun yang lalu”. (HR. Muslim)
3) Hadis yang Ketiga
وعن ابن عباس رَضِيَ اللَّهُ عَنهُما قال، قال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم: ((لئن بقيت إلى قابل لأصومن التاسع)) رَوَاهُ مُسلِمٌ.
Dari Ibnu Abbas -radhiyallahu ‘anhuma- beliau berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila (usia)ku sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada (hari) kesembilan” (HR. Muslim)


“Rasulullah SAW ditanya tentang puasa pada hari ‘Asyura, beliau menjawab, ‘Menghapuskan dosa setahun yang lalu’, ini pahalanya lebih sedikit daripada puasa Arafah (yakni menghapuskan dosa setahun sebelum serta sesudahnya –pent). 
Bersamaan dengan hal tersebut, selayaknya seorang berpuasa ‘Asyura (10 Muharram) disertai dengan (sebelumnya, ed.) Tasu’a (9 Muharram). Hal ini karena Nabi SAW bersabda, ‘Apabila (usia)ku sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada yang kesembilan’, maksudnya berpuasa pula pada hari Tasu’a.


Penjelasan
Rasulullah SAW memerintahkan untuk berpuasa pada hari sebelum maupun setelah ‘Asyura [1] dalam rangka menyelisihi orang-orang Yahudi karena hari ‘Asyura –yaitu 10 Muharram- adalah hari di mana Allah selamatkan Musa dan kaumnya, dan menenggelamkan Fir’aun dan para pengikutnya. Dahulu orang-orang Yahudi berpuasa pada hari tersebut sebagai syukur mereka kepada Allah atas nikmat yang agung tersebut. Allah telah memenangkan tentara-tentaranya dan mengalahkan tentara-tentara syaithan, menyelamatkan Musa dan kaumnya serta membinasakan Fir’aun dan para pengikutnya. Ini merupakan nikmat yang besar.

Oleh kerana itu, setelah Nabi SAW tinggal di Madinah, beliau melihat bahawa orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura [2]. Beliau pun bertanya kepada mereka tentang hal tersebut. Maka orang-orang Yahudi tersebut menjawab, “Hari ini adalah hari di mana Allah telah menyelamatkan Musa dan kaumnya, serta celakanya Fir’aun serta pengikutnya. Maka dari itu kami berpuasa sebagai rasa syukur kepada Allah”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian”.
Kenapa Rasulullah mengucapkan hal tersebut? Karena Nabi dan orang–orang yang bersama beliau adalah orang-orang yang lebih berhak terhadap para nabi yang terdahulu. Allah berfirman,
إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ
“Sesungguhnya orang yang paling berhak dengan Ibrahim adalah orang-orang yang mengikutinya dan nabi ini (Muhammad), serta orang-orang yang beriman, dan Allah-lah pelindung semua orang-orang yang beriman”. (Ali Imran: 68)
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling berhak terhadap Nabi Musa daripada orang-orang Yahudi tersebut, dikarenakan mereka kafir terhadap Nabi Musa, Nabi Isa dan Muhammad. Maka beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa ‘Asyura dan memerintahkan manusia untuk berpuasa pula pada hari tersebut. Beliau juga memerintahkan untuk menyelisihi Yahudi yang hanya berpuasa pada hari ‘Asyura, dengan berpuasa pada hari kesembilan atau hari kesebelas beriringan dengan puasa pada hari kesepuluh (’Asyura), atau ketiga-tiganya. [3]
Oleh kerana itu sebagian ulama seperti Ibnul Qayyim dan yang selain beliau menyebutkan bahwa puasa ‘Asyura terbagi menjadi tiga keadaan:
1. Berpuasa pada hari ‘Asyura dan Tasu’ah (9 Muharram), ini yang paling afdhal.
2. Berpuasa pada hari ‘Asyura dan tanggal 11 Muharram, ini kurang pahalanya daripada yang pertama. [4]
3. Berpuasa pada hari ‘Asyura saja, sebagian ulama memakruhkannya kerana Nabi SAW memerintahkan untuk menyelisihi Yahudi, namun sebahagian ulama yang lain memberi keringanan (tidak menganggapnya makhruh). [5]
Wallahu a’lam bish shawab.


(Sumber: Syarh Riyadhis Shalihin karya Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin terbitan Darus Salam – Mesir, diterjemahkan Abu Umar Urwah Al-Bankawy, muraja’ah dan catatan kaki: Al-Ustadz Abu Abdillah Muhammad Rifai)




CATATAN KAKI:
[1] Adapun hadits yang menyebutkan perintah untuk berpuasa setelahnya (11 Asyura’) adalah dha’if (lemah). Hadits tersebut berbunyi:
صوموا يوم عاشوراء و خالفوا فيه اليهود صوموا قبله يوما و بعده يوما . -
“Puasalah kalian hari ‘Asyura dan selisihilah orang-orang yahudi padanya (maka) puasalah sehari sebelumnya dan sehari setelahnya. (HR. Ahmad dan Al Baihaqy. Didhaifkan oleh As Syaikh Al-Albany di Dha’iful Jami’ hadits no. 3506)
Dan berkata As Syaikh Al Albany – Rahimahullah- di Silsilah Ad Dha’ifah Wal Maudhu’ah IX/288 No. Hadits 4297: Penyebutan sehari setelahnya (hari ke sebelas. pent) adalah mungkar, menyelisihi hadits Ibnu Abbas yang shahih dengan lafadz:
“لئن بقيت إلى قابل لأصومن التاسع” .
“Jika aku hidup sampai tahun depan tentu aku akan puasa hari kesembilan”
Lihat juga kitab Zaadul Ma’ad 2/66 cet. Muassasah Ar-Risalah Th. 1423 H. dengan tahqiq Syu’aib Al Arnauth dan Abdul Qadir Al Arna’uth.
لئن بقيت لآمرن بصيام يوم قبله أو يوم بعده . يوم عاشوراء) .-
“Kalau aku masih hidup niscaya aku perintahkan puasa sehari sebelumnya (hari Asyura) atau sehari sesudahnya” ((HR. Al Baihaqy, Berkata Al Albany di As-Silsilah Ad-Dha’ifah Wal Maudhu’ah IX/288 No. Hadits 4297: Ini adalah hadits mungkar dengan lafadz lengkap tersebut.))
[2] Padanya terdapat dalil yang menunjukkan bahwa penetapan waktu pada umat terdahulu pun menggunakan bulan-bulan qamariyyah (Muharram s/d Dzulhijjah, Pent.) bukan dengan bulan-bulan ala Eropa (Jan s/d Des). Karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan bahwa hari ke sepuluh dari Muharram adalah hari di mana Allah membinasakan Fir’aun dan pengikutnya dan menyelamatkan Musa dan pengikutnya. (Syarhul Mumthi’ VI.)
[3] Untuk puasa di hari kesebelas haditsnya adalah dha’if (lihat no. 1) maka – Wallaahu a’lam – cukup puasa hari ke 9 bersama hari ke 10 (ini yang afdhal) atau ke 10 saja.
Asy-Syaikh Salim Bin Ied Al Hilaly mengatakan bahwa, “Sebagian ahlu ilmu berpendapat bahwa menyelisihi orang Yahudi terjadi dengan puasa sebelumnya atau sesudahnya. Mereka berdalil dengan hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah Shalallahu’alaihi Wasallam,
صوموا يوم عاشوراء و خالفوا فيه اليهود صوموا قبله يوما أو بعده يوما .
“Puasalah kalian hari ‘Asyura dan selisihilah orang-orang Yahudi padanya (maka) puasalah sehari sebelumnya atau sehari setelahnya”.
Ini adalah pendapat yang lemah, karena bersandar dengan hadits yang lemah tersebut yang pada sanadnya terdapat Ibnu Abi Laila dan ia adalah jelek hafalannya.” (Bahjatun Nadhirin Syarah Riyadhus Shalihin II/385. cet. IV. Th. 1423 H Dar Ibnu Jauzi)
[4] (lihat no. 3)
[5] Asy-Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah mengatakan,
والراجح أنه لا يكره إفراد عاشوراء.
Dan yang rajih adalah bahwa tidak dimakruhkan berpuasa ‘Asyura saja. (Syarhul Mumthi’ VI)
Wallaahu a’lam.


Khamis, Disember 24, 2009

HIjrah; Ektrak ilmu dari Dr Yusuf Al-Qardhawi

1) Salam hijrah tahun yang ke 1431. Selama itulah, 'Hijrah' Rasul SAW bermula; berPindah dari Kota Mekah ke Kota Madinah. Hakikat perpindahan yang membawa pelbagai pengajaran kepada umat Islam seluruh dunia. Syeikh Dr Yusuf Al-Qardhawi menerangkan peri pentingnya umat Islam memahami pengkisahan ini dengan menolak mana-mana kisah yang bersifat diada-adakan atau ditokok-tambah, dan yang mana kisah yang benar, bersandarkan pada sumber Al-Quran dan As-Sunnah. Kisah perpindahan itu sendiri memberi pengajaran yang bukan calang-calang kerana hakikat urusan perpindahan itu adalah mengikut perencanaan Allah SWT; yang mana Nabi Muhammad SAW adalah penggerak kepada perencanaan tersebut. Maka, sudah tentu, Hikmah kebijaksanaan adalah berteraskan Tauhid kepada KebenaranNya, KeadilanNya dan Kasih sayangNya kepada seluruh HambaNya yang beriman.

2) Dr Yusuf kemudian, melakarkan lagi, hasil ekstradisi peristiwa Hijrah ini kepada beberapa pengajaran kepada umat Islam keseluruhannya seperti berikut:-

a) Bersabar dengan ujian yang diberikan kepada kita. Ujian, mehnah dan tribulasi akan hadir kepada setiap orang yang berjuang untuk kebenaran. Dalam bersabar, tugas menyampaikan harus diteruskan dengan penuh Hikmah dan berterusan. Konsistensi itu sendiri adalah satu ujian yang berat; malah konsistensi itu juga akan melihatkan kebenarannya. Malahan, kekuatan Agenda untuk menyampaikan kebenaran akan semakin dirasai oleh sekelian umat, termasuk musuh-musuh kepada kebenaran itu.

b) Merencanakan satu perubahan memerlukan pemikiran yang strategik dan berkesan. Pemikiran harus diiringi dengan tindakan yang bertepatan dengan penggemblengan buah fikiran yang tuntas dan bernas. Soal ini sangat penting dan vital dalam memastikan rancangan jangka pendek dan jangka panjang berhasil sebagai satu misi 'pasti berjaya', dengan izin Allah taala. Memberi pendidikan yang jelas dalam satu misi yang sukar, sudah tentu memerlukan ketelusan dalam rasional maklumat yang disampaikan serta tegas dalam disiplin tatacara penyampaian supaya tidak ada kebocoran mahupun ketirisan maklumat untuk tindakan dari komander kepada penggerak umat secara keseluruhan.

c) Segala mobiliti adalah dari Jemaah, secara Jemaah dengan ukhuwah yang jitu dan rapat. Maka, segala kelonggaran saf pimpinan, mahupun saf jemaah akan melemahkan rangkaian komunikasi, dan akhirnya akan memudahkan kelicikan musuh untuk menjatuhkan dan seterusnya menerobos benteng umat yang mahukan perubahan dalam penghijrahan ini. Kesatuan dalam Jemaah bukan sekadar dengan memberi Wala' kepada pimpinan, malah mengetahui dan menyedari tanggung-jawab ataupun akauntabiliti setiap ahli dalam jemaah. Malah, ia adalah pra-syarat dalam menguruskan kelancaran perencanaan yang telah disusun seawalnya.

d) Penghijrahan yang dilakukan Rasulullah SAW adalah perpindahan yang memberi erti kepada perpindahan keutamaan susun atur dalam sosial masyarakat. Rasulullah SAW telah menunjukkan bahawa ASAS kepada kekuatan komuniti adalah Tauhid dan keEsaan kepada Allah SWT.

e) Maka, tempat untuk memantap dan menyuburkan lagi asas kerohanian ini, adalah dengan mendirikan dan menghidupkan institusi Masjid itu sendiri. Masjid, yang diperihalkan adalah tempat masyarakat berkumpul untuk bersolat, berzikir, bermesyuarat, berusrah, dan lain-lain lagi yang berorientasikan hubungan sesama manusia dijana dengan diiringi kukuhnya hubungan dengan Allah. Di sinilah juga pemerkasaan generasi muda sebagai generasi penerus digarap dengan kepelbagaian bentuk dan kaedah pendidikan syariah Islam yang syumul.

f) Seterusnya, penghijrahan ini memerlukan pengorbanan yang bukan calang-calang. Ini termasuklah meninggalkan segala harta benda dan menyerahkan segala urusan selepas itu kepada Allah dan Rasul Nya. Lantas, kekuatan Ekonomi harus dijana semula, dengan memasuki pasaran setempat, melibatkan diri dan mengaktifkan perdagangan dua hala di antara masyarakat-masyarakat di sekeliling kota. Lantas, keharusan terlibat dalam perniagaan adalah suatu kemestian untuk akhirnya nanti, berbakti semula untuk agama Allah.

3) Ekstrak ilmu yang diulas di atas adalah versi yang telah diperhalusi dan difahami oleh penulis dalam melayari bahtera ilmu Tuhan yang luas ini. Yang pasti, konteks hijrah yang ditunjukkan oleh Rasul SAW adalah mencangkumi segala Sosio-Ekonomi dalam mengatur masyarakat; sama ada masyarakat kecil keluarga kita, mahupun masyarakat yang besar di luar sana. Disiplin dan keutamaan inilah kunci kepada kejayaan Umat; sekiranya kita memahami dan mengamalkan apa yang tertulis secara tersurat dan tersirat.

Wallahu'alam.

Jumaat, Disember 18, 2009

Tokoh Maal Hijrah 1431H


(I) Yusuf Al-Qaradawi Tokoh Maal Hijrah

Tokoh Pembaharuan Islam masa kini, Dr. Yusuf Al-Qaradawi dipilih sebagai penerima Anugerah Tokoh Maal Hijrah sempena sambutan Maal Hijrah 1431/2009M peringkat Kebangsaan hari ini. Tokoh Maal Hijrah adalah anugerah tahunan Kerajaan Malaysia bagi menghargai sumbangan ilmu, jasa, perkhidmatan dan dakwah.
Ini adalah kali kedua di mana tokoh ulama dari luar Negara diberi pengiktirafan oleh Kerajaan Malaysia. Tokoh luar negera yang menerima anugerah itu sebelum ini ialah Dr. Wahbah Az-Zuhaili.
Yusuf adalah seorang sarjana dan pemikir intelek kontemporari pada abad ini. Di kalangan ’ulama tradisional’ beliau telah dicop sebagai tokoh ’wahabi’ lantaran pemikiran beliau banyak terpengaruh dengan pemikiran Imam Ibn Taimiyyah dan Ibn Qayyim.
Bersempena kedatangan beliau ke Malaysia, beberapa pihak telah mengatur program ceramah yang akan disampaikan oleh tokoh pembaharuan Islam itu. Dr. Yusuf Al-Qaradawi akan berceramah di Putrajaya International Convension Centre (PICC) pada hari Sabtu ini pukul 9 pagi. Manakala disebelah malam beliau dijemput berceramah di Masjid Negeri, Shah Alam, Selangor selepas solat Maghrib.
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>


Seorang lagi tokoh untuk Negeri Selangor;




kenal tak tokoh ini? sila rujuk  di sini.(http://www.mra.my/)
tahniah dari kami, warga ABIM Selangor.

Sambutan Maal Hijrah


Sedikit pandangan tentang sambutan Maal Hijrah;
(II) Pandangan Dr Asri Tentang Sambutan Maal Hijrah
Dr Mohd Asri Zainal Abidin mempunyai pandangan tersendiri tentang sambutan Maal Hijrah. Malah ulama muda yang kontroversi ini banyak terpengaruh dengan pandangan dan pemikiran Dr Yusuf Al-Qaradawi dalam tulisan dan ceramahnya.
Berikut ialah soal-jawab bersama Dr Mohd Asri tentang sambutan Maal Hijrah yang dipetik dari laman web beliau beberapa tahun yang lalu:
Soalan: Adakah Nabi s.a.w mula berhijrah pada bulan Muharram seperti difahami oleh kebanyakan masyarakat awam di Malaysia ini?
Jawapan: Sebenar ahli-ahli sejarah meriwayatkan bahawa baginda s.a.w keluar dari rumah baginda menuju rumah Abu Bakar untuk berhijrah adalah pada bulan Safar. al-Syeikh Al-Mubarakfuri dalam buku sirahnya yang terkenal Al-Rahiq al-Makhtum mencatatkan bahawa pada 27 Safar bersamaan dengan 13 September tahun 622M. Kemudian di Gua Thur. Pada hari pertama Rabiul Awwal bersamaan 16 September barulah baginda bergerak ke Madinah atau yang dikenali dengan nama Yasrib ketika itu. Pada hari Isnin, 8 Rabiul Awwal bersamaan dengan 23 September barulah baginda sampai ke Quba. Baginda berada selama empat hari di Quba dan mengasaskan Masjid Quba. Kemudian pada hari Jumaat minggu tersebut barulah baginda memasuki Madinah.
Dengan ini, maka sangkaan sesetengah pihak bahawa Nabi s.a.w berhijrah pada bulan Muharram adalah tidak tepat. Sebaliknya bulan Muharram adalah bulan pertama dalam perkiraan Arab. Maka tahun hijrah dikira bukan kerana Nabi s.a.w berhijrah pada Muharram, tetapi kerana tahun berkenaan berlakunya peristiwa hijrah. Maka tahun peristiwa itu berlaku dikira sebagai tahun pertama. Adapun bulan Muharram sememangnya bulan pertama bagi tahun Arab seperti Januari bagi tahun masihi.
Soalan: Adakah doa-doa khas awal tahun yang dibaca, atau majlis-majlis bacaan khusus sempena awal tahun itu berlaku pada zaman Rasulullah s.a.w?
Jawapan: Tidak pernah Rasulullah s.a.w. mengajar lafaz khusus doa bagi awal tahun baru hijrah atau akhir tahun. Apa tidaknya, penentuan tahun hijrah itu sebagai perkiraan kalender kita ditetapkan oleh Amirul Mukminin ‘Umar Ibn al-Khattab bagi memudahkan urusan pentadbiran kaum muslimin. Namun secara umum seseorang boleh berdoa dengan apa-apa lafaz dan untuk apa-apa hajat sekalipun. Selagi mana tidak menyanggahi syarak, termasuklah hajat agar tahun yang dimasuki tersebut dilimpahkan kebaikan. Adapun majlis-majlis khusus untuk doa atau zikir khas bagi tahun baru tidak pernah diajar Nabi s.a.w juga para sahabah baginda. Bahkan Amirul Mukminin Umar bin al-Khattab yang memulakan perkiraan tahun Islam dengan dengan tahun berlakunya hijrah Nabi s.a.w. itu pun tidak pernah mengadakan majlis ibadah khusus yang seperti itu. Tidaklah kita ini lebih tahu mengenai hal ehwal ibadah melebihi Nabi s.a.w. Sebaik-baik petunjuk itu adalah petunjuk Rasulullah s.a.w.
Soalan: Apakah kita langsung kita tidak boleh mengadakan sebarang majlis pada awal tahun hijrah?
Jawapan: Sambutan Hijrah ini tidak boleh buat atas asas ianya amalan khas agama ini. Ini kerana kepercayaan sedemikian boleh membawa kepada mengada-adakan perkara yang tidak dilakukan oleh Nabi s.a.w. dalam soal ibadah atau menokok tambah agama sedangkan baginda bersabda: “Sesiapa yang mengada-adakan perkara baru dalam urusan agama ini maka dia tertolak” Riwayat Muslim.
Namun majlis mengingatkan rakyat tentang tahun baru ini -pada pandangan saya- 
- Boleh diadakan atas adat negeri atau bangsa dengan tujuan mengingatkan rakyat tentang tarikh baru sesuatu tahun dengan itu lalu membolehkan mereka merancang aktiviti dan menimbulkan semangat kesepakatan serta kesungguhan
Perhimpunan menggerakkan semangat pencapaian dan kerja adalah urusan kehidupan yang diboleh syarak selagi tiada dalil tentang keharamannya. Ia bukan ibadah khusus
Di samping itu, seperti mana apabila kita melintasi sesuatu tempat atau negeri kita menyebut tentang sejarahnya, demikian apabila kita melintasi sesuatu tarikh kita menyebut tentang sejarahnya. Sebagai satu pengajaran dan proses pembelajaran. Ia dibolehkan. 
Namun ibadah yang khusus sempena tarikh berkenaan tidak boleh dilakukan melainkan terdapat dalil yang sabit daripada baginda Nabi

Minggu Du'at 2009 negeri Selangor


Karnival Maal Hijrah 1431 Hijrah Masjid Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah Dan Program Kefahaman Islam
Tarikh : 17 - 20 Disember 2009
Tempat : Perkarangan Masjid Sultan Salahuddin Abdul Aziz Shah, Shah Alam

Penganjur : Masjid SSAAS dan Bahagian Dakwah JAIS

Antara Program Dijalankan :-
Perasmian oleh YAB Dato' Menteri Besar Selangor pada 17 Disember 2009 (malam)
Bacaan Doa Awal Dan AKhir Tahun
Forum Perdana Khas Maal Hijrah
Program Malam Sentuhan Hati
Program Muslimah
Program Halwa Minda
Program Malam Silaturrahim NGO
Program Mesra Keluarga
Pameran oleh agensi kerajaan dan NGO




Semua dijemput hadir bersama keluarga sempena cuti persekolahan ini





YAB Tan Sri Dato Khalid Ibrahim, Menteri Besar Selangor melawat tapak pameran; Kelihatan, Booth ABIM Selangor




Gambar kenang-kenangan bersama YAB MB bersama penggerak PEPIAS dan ABIM negeri Selangor.

Nur Islam

An American Millionaire Who Was Also Michael Jackson’s Lawyer Becomes Muslim


An American millionaire, Mark Shaffer declared his Islam in Saudi Arabia on Saturday, 17th October 2009. Mark was at that time on a holiday in Saudi Arabia to visit some famous cities like Riyadh, Abha and Jeddah for 10 days.

Mark is a well-known millionaire and also a practiced lawyer in Los Angeles, specializing in cases of civil laws. The last big case he handled was the case of the famous American pop singer, Michael Jackson, a week before he passed away.

A tourist guide who accompanied Mark for 10 days in Saudi Arabia, Dhawi Ben Nashir told: Since he set foot for the first time in Saudi Arabia, Mark already started to ask question about Islam and Solat. As soon as he arrived in Saudi, Mark stayed in Riyadh for two days. While in Riyadh, Mark was very interested in Islam. After moving to Najran, we went to Abha and Al-Ula. There, his fascination on Islam grew more obvious, especially the time when we ventured out into the desert.

Mark was amazed to see three Saudi youths who were in our group in Al-Ula, performing solat in the expanse of the very wide desert. A very fantastic panorama indeed.

After two days in Al-Ula, we went to Al-Juf. As soon as we arrived in Al-Juf, Mark asked if I could get him some books on Islam. I then obtained some books on Islam for him. Mark read all those books. The next morning, he asked me to teach him how to perform solat. I then taught him how to pray and take wudhu (ablution). Then, he joined me and performed solatbeside me.

After solat, Mark told me that he felt peace in his soul. On Thursday afternoon, we left Al-Ula heading for Jeddah. He looked very serious throughout the journey reading those books about Islam. On Friday morning, we visited the old town of Jeddah. Before the time for the Friday prayer approached, we went back to the hotel and I excused myself to go for the Friday prayer. Then, Mark told me: I would like to join you for the Friday prayer so that I can witness myself how the Friday prayer is like. So I answered: welcome…

We then went to a masjid which was not far from the hotel where we stayed in Jeddah. Since we were quite late, I and many other jamaah had to pray outside, as the number of jamaah was overflowing. I could see Mark observing the jamaah, especially after the Friday prayer was completed, when everybody was shaking hands and embracing each other with radiant and happy faces. Mark was very impressed with what he saw.

When we return to the hotel, Mark suddenly told me that he wanted to become a Muslim. So I said to him: Please have a shower first. After Mark took the shower, I guided him in saying the kalimah of shahadah(declaration of faith) and then he prayed two rakaah. Later on, Mark expressed his desire to visit the Masjidil Haram in Makkah and performsolat there before leaving Saudi Arabia.

In order to fulfill his wish, we went to the Da’wah and Irshad office in the area of Al-Hamro’, Jeddah, to obtain a formal proof of his conversion to Islam, so that he would be allowed to enter the city of Makkah and Masjidil Haram. Then, Mark was given a temporary certificate of his conversion to Islam. As a number of group members who participated in Mark’s visit to Saudi Arabia had to go back to America on Saturday afternoon, Al-Hamdulillah, Ustadz Muhammad Turkistani was willing to send Mark to the Holy Land of Makkah that same morning.

Regarding Mark’s visit to Masjidil Haram, Ustadz Muhammad Turkistani narrated: After Mark obtained his temporary certificate, we straight away departed heading for the noble Masjidil Haram. When he witnessed the Masjidil Haram, he face looked radiant and it emanated an extraordinary happiness. When we entered the Masjidil Haram and witnessed the Ka’bah for ourselves, his happiness increased. By Allah, I could not express that scene with words. After performing the tawaf around the noble Ka’bah, we performed the sunnah solat and went out of Masjidil Haram. I could see Mark very reluctantly wanting to leave Masjidil Haram.

After Mark declared his Islamic faith, he had the chance to express his happiness in Al-Riyadh Newspaper saying: I could not express my feeling at this time but I am being reborn and my life has just started… then he added: I am very happy. This happiness that I am feeling could not be expressed in words especially when I visited the Masjidil Haram and noble Ka’bah.

Regarding his next step after his conversion to Islam, Mark explained: I will learn more about Islam, I will delve deeper into this religion of Allah (Islam) and come back to Saudi Arabia to perform the Hajj.

As to what impelled him into converting to Islam, Mark explained: I have already had information about Islam, but it was very limited. When I visited Saudi Arabia and personally witnessed the Muslims there, and saw how they performed the solat, I felt a very strong drive to know more about Islam. When I read true informations about Islam, I became confident that Islam is a religion of haq (truth).

Sunday morning, 18th October 2009, Mark left the Airport of King Abdul Aziz Jeddah heading for America. When filling in the immigration form before leaving Jeddah, Mark wrote ISLAM as his religion.

Farewell Mark… May Allah bless you and make you an obedient Muslim and a Da’i who would invite the American society to benefit from the happiness of being Muslims, just as how you have felt because only Islam could save mankind in this world, as well as in the akhirah later… Ameen



(http://prisonerofjoy.blogspot.com/2009/11/american-millionaire-who-was-also.html)

Selasa, Disember 15, 2009

5M

Lazimnya rata-rata kita diajar konsep 3M iaitu membaca, menulis dan mengira. Selebih 2M lagi iaitu "memikir" dan "mengamalkan" tidak diajar diperingkat sekolah rendah hatta di peringkat Universiti unsur yang ke lima iaitu "mengamalkan" apa yang kita baca, tulis, kira dan fikir.

Maka "ilmu" dan "teori" akan tinggal sekadar di atas kertas atau di dalam otak , TIDAK dipraktikan atau diamalkan.
Jadi M yang kelima menekankan "amalkan apa yang kita tahu" atau "DO WHAT YOU KNOW" ,not  "JUST DO IT"?



(ekstrak dan diubahsuai dari http://drhalimahali.blogspot.com/2009/12/kuasailah-5m-untuk-maju.html )


1) Memikir dan Mengamalkan adalah kesan daripada ilmu yang dipelajari. Sememangnya modul yang asas dalam program SPIES milik kerajaan negeri Selangor ini, amat penting dalam mendasari prinsip keilmuan secara teori dan praktikal.



2) Pada UPSR yang lalu, analisis ujian Aptitude menunjukkan betapa lemahnya murid-murid tahun 6 dalam membuat keputusan. Lemah membuat keputusan bererti lemah dalam berfikir. Jelas hanya 34% yang mampu membuat keputusan yang baik. Lantaran kelemahan memikir, menjadikan lemahnya membuat tindakan yang bernas. Jelas sekali hanya 5.7% yang mencapai tahap yang cemerlang.

3) Bagaimana agaknya jika ujian Aptitude ini dibuat pada remaja 15 tahun, atau 17 tahun? Ironinya, pembuat dasar di kementerian juga tahu menulis, membaca, dan mengira analisis sebegini? Jadi, apa pula langkah serta tindakan selanjutnya setelah difikirkan selepas ini?

Isnin, Disember 14, 2009

theFUNtheory


To throw rubbish in the bin instead of onto the floor shouldn’t really be so hard. Many people still fail to do so. Can we get more people to throw rubbish into the bin, rather than onto the ground, by making it fun to do? See the results here.


Many of us return our plastic bottles and cans. Noticeably fewer recycle their glass. Maybe that's because we don't get any money in return, as we do for cans and plastic. Can we change this attitude by making recycling glass fun to do? So you are not just rewarded with a good conscience, you also get a smile. See the results here.


”Take the stairs instead of the escalator or elevator and feel better” is something we often hear or read in the Sunday papers. Few people actually follow that advice. Can we get more people to take the stairs over the escalator by making it fun to do? See the results here


>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Fikrah:-
Change in attitude need fun in emotion.
http://thefuntheory.com/

Rabu, Disember 09, 2009

Tauliah

Macam mana ye?
Rasanya, dalam masyarakat, ramai orang juga tertanya-tanya keadaannya, seperti kartun di atas.

Isunya,
1) Pertentangan besar di antara ilmuan mazhab (ahlus Sunnah WalJamaah) dengan aliran progresif ala wahabi.
2) Sebab penentangan secara teknikal adalah ketiadaan Tauliah kebenaran memberi ceramah, atau mengajar agama di dalam negeri.

yang menjadi cacamerbanya,
1) Di Malaysia khususnya, umat Islam telah menerima fahaman dominan, Ahlus-Sunnah Wal Jamaah, dengan mazhab Syafie sebagai aliran rasmi dengan sistem kemasyarakatan yang telah disepakati dan diamalkan secara tradisi sejak zaman berzaman. Yang menjadi amalan berzaman itu, semuanya atas sebab dan rasional yang bersandarkan pada Fiqh dan ijtihad ulama terdahulu yg juga ahli dalam tafsir, hadis, Usul Fiqh, Syariah, dan sebagainya.
2) Amalan dan ritual dalam cabangan amalan ibadat khusus seperti zikir dan doa secara jemaah selepas solat, kenduri tahlil, doa qunut, sambutan maulid, berzanji, dan sebagainya disuburkan secara zaman berzaman sehinggakan umat pada hari ini sudah tidak mengerti sebab dan rasional kenapa ia diperturunkan. Amalan ibadat sudah menjadi adat. Rasional keIlmuan sudah menjadi Taklid membuta tuli. Lantas, amalan sunnah sudah menjadi seolah-olah wajib. Umat telah rigid (kaku) dengan tradisi, dan perbincangan intelektual tidak lagi diraikan, kerana amalan ikut-ikutan ini.
3) Amalan ini tidak salah; yang mengikut juga tidak salah; Yang Tidak Mengikut juga tidak salah;
4) Yang salah adalah sikap Taklid dan Fanatik Mazhab. Yang salah adalah tiada adab dalam perbezaan pendapat; Yang salah adalah sikap "hanya-aku-yang-betul-yang-lain-salah".
5) Yang Maha salah adalah terpesongya Akidah Tauhidiq dalam hakikat kebenaran iaitu Akidah "Tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah, dan nabi Muhammad SAW itu pesuruh Allah."

Perbalahan dan persengketaan ini adalah bibit-bibit kecil dalam persengketaan besar dalam sejarah umat Islam terdahulu yang akhirnya, akan merosakkan umat secara keseluruhannya.

Yang mengambil kesempatan,
1) Golongan pro-liberal dan pluralis yang sememangnya anti dengan Islam akan mendekati dan menonjolkan diri sebagai jaguh dan wira yang kononnya diterima dalam masyarakat umumnya. Ini kelompok pemuka-pemuka yang sesuka hati mentafsir kalam Allah.
2) Agama-agama samawi yang lain akan turut bersuka-ria dan mentertawakan umat Islam yang kononnya dalam negara Islam.

Pengajarannya;
1) Kembalikan pembudayaan intelektuan dan keilmuan dalam masyarakat dengan menambah serta mengikuti kelas-kelas pengajian-pengajian keagamaan.
2) Betulkan sikap "orang-tua-aku-dulu-buat" tanpa merujuk dan mengkaji usul Fiqh sesuatu amalan.
3) Membuka hati dan bersedia untuk berbeza pendapat. Adab-adab dalam 'Adabul Ikhtilaf' diraikan; dengan kata lain, bersetuju untuk tidak bersetuju, Asalkan soal Akidah tidak menjadi pertaruhan dan kompromi.

Sabtu, Disember 05, 2009

Usrah ala Naruto

Usrah Naruto...


Salam Ceria,


Bila bercakap tentang usrah tergambarlah sekelompok manusia yang sedang bertalaqi ilmu dan mendengar tazkirah di masjid atau surau. Yang pasti diketuai oleh seorang fasi atau naqib atau naqibah. Dipanggil...`THE POWER OF CIRCLE`..hehe.


Pelbagai tafsiran dan cakap-cakap bermain difikiran mereka yang tidak pernah menyertai usrah. Bagi yang pernah bersekolah agama mungkin anda mengenalinya. Hari soal bicara saya adalah berkaitan dengan USRAH. Tapi bukan usrah biasa.....usrah yang saya idam-idamkan selama ini....USRAH NARUTO!


Apakah itu?


“Sistem usrah ini umpama kumpulan-kumpulan ninja dalam cerita Naruto.” Saya menyeluruhi semua wajah ahli usrah.


Semua anak-anak usrah saya juga merupakan naqib yang bermaksud ketua usrah dalam sekolah tersebut. Saya menerima tanggungjawab untuk membawa usrah bagi sekumpulan naqib di salah sebuah sekolah berasrama harian di Gombak.




Objektif yang ingin dicapai oleh saya adalah supaya mereka semua boleh membawa usrah sendiri dengan baik. Zaman sekolah dulu tidak pernah saya pegang tanggungjawab sebegitu.


Hehe. Naruto lagi,” balas Faiz.


“Kamu semua pun tengok, kan?”


Saya menyambung, “Siapa yang hendak usrahnya jadi serius sikit-sikit, boleh ikut stail pakcik Asuma. Kalau hendak yang ceria sikit boleh ikut stail pakcik Kakashi dan pakcik Gai.”


“Lagi… lagi…”


Menetapkan matlamat dalam berusrah




“Apabila kita berhadapan dengan anak usrah, anggap mereka seperti ninja-ninja yang kita ingin latih. Tentukan apa matlamat yang ingin kita capaidalam setiap sesi latihan tersebut.”


“Maksud abang Azree?” soal Imran.


“Maksudnya setiap sesi latihan kita perlu ada matlamat apa yang perlu kita sebagai naqib ingin capai. Itu matlmat jangka pendek dan kita juga perlu ada matlamat jangka panjang apa yang kita ingin capai dalam usrah tersebut.


Sebagai contoh, matlamat jangka panjang abang dalam usrah dengan kamu semua selama setahun ini adalah ingin membimbing kamu semua supaya menjadi pelajar contoh di sekolah. Bukan setakat baik dalam sahsiah, tetapi juga baik dari segi pemikiran. Cuma jangan baca komik Naruto banyak sangat sudah,” terang saya sambil disambut gelak.




“Matlamat jangka pendek pula, dalam satu sesi usrah kamu itu, apa topik yang kita ingin anak-anak usrah kita faham. Sebagai contoh, minggu ini kita bincang tentang topik akhlak. Jadi, matlamat kita selepas berakhirnya sesi usrah tersebut adalah anak-anak usrah kita faham tentang topik tersebut.”

Malam semakin gelap. Saya berkira-kira dalam hati untuk pulang lebih awal pada malam tersebut. Pertama kerana masih belum makan malam sedangkan perut mula memulas. Kedua kerana jarak rumah yang agak jauh daripada sekolah tersebut.


“Ada ciri-ciri lain lagi dalam sistem usrah versi Naruto ini?” soal Faiz lagi yang memang menggemari Naruto.


Mengambil tahu perkembangan ahli usrah


“Yup. Ada lagi. Siapa naqib pertama Naruto?”


“Erm. Iruka!”


“Apa yang Iruka buat apabila dia hendak menyerahkan Naruto kepada Kakashi?”


“Erm. Macam tak buat apa-apa pun. Cuma kadang-kadang Iruka akan bertanya Kakashi tentang perkembangan Naruto,” jawab Nasir yang sedari tadi hanya angguk-angguk dan senyum-senyum sahaja.


“Sebenarnya apabila Iruka hendak menyerahkan Naruto kepada Kakashi, Iruka telah memberi semua maklumat berkaitan Naruto kepada Kakashi seperti tingkah laku Naruto dan juga perkara yang perlu diambil tindakan oleh Kakashi seterusnya.


Kemudian Iruka akan tetap mengikuti perkembangan Naruto walaupun Naruto bukan lagi di bawah tanggungjawabnya. Begitu juga apabila Kakashi menyerahkan Naruto kepada Datuk Jiraiya. Dia juga akan menjelaskan apa yang perlu dan mengambil tahu tentang perkembangan Naruto,” jelas saya yang sudah lama tidak menggunakan cerita Naruto sebagai analogi dalam setiap isu yang ingin diutarakan.





Kadang-kadang sengaja saya memasukkan analogi-analogi berunsur kekartunan sedikit. Sedikit sebanyak dapat mengimbangi suasana antara ceria dan serius.


“Oh, begitu. Faham.”


“Jadi, kamu semua apabila sudah habis SPM, keluar daripada sekolah ini jangan pula lupa kepada ahli-ahli usrah yang pernah menjadi tanggungjawab kamu semua. Kerana itu abang lebih suka menetapkan matlamat dalam usrah supaya setiap ahli usrah abang akan boleh bawa usrah lain pula. Jadi, perkara ini akan berterusan.”


“Ciri-ciri yang lain lagi?”


“Eh, asyik abang saja yang bagi. Cuba kamu semua pula bagi.”


Keistimewaan pada naqib


Semua pandang-memandang sesama sendiri. Faiz memandang ke syiling. Mungkin sedang cuba mengingat sesuatu.



“Mungkin boleh juga dikaji kenapa usrah si Naruto, Sakura dan Sasuke ini ceria. Sedangkan kita juga tahu yang perangai Naruto dengan Sasuke cukup berbeza. Naruto dengan perangai main-main dia, Sasuke pula lebih serius. Jadi, bagaimana pakcik Kakashi ini boleh mengawal ahli-ahli usrah dia dengan baik?” Faiz cuba mengemukakan pandangan. Saya sendiri berkerut dahi sambil wajah cuba mengukir senyum.


“Hurm. Menarik untuk dibincangkan. Bagaimana kita sebagai naqib boleh mengawal ahli-ahli usrah yang pelbagai ragam? Kamu ada idea, Faiz?” saya cuba mencelah sambil memikirkan mengenainya.





“Saya tidak ada jawapan lagi tentang persoalan ini. Cuma mungkin ini terletak kepada setiap ahli usrah untuk memberi komitmen terhadap usrah mereka,” jawab Faiz.


Suasana perbincangan menjadi hangat. Saya merenung wajah setiap ahli usrah. Menanti sama ada mereka masih ada idea untuk dilontarkan.


“Mungkin juga sebab ada sesuatu ilmu daripada Kakashi yang ingin dipelajari oleh Sasuke. Pada awalnya kan Kakashi ini merupakan seorang yang penuh teka-teki. Teka-teki bagaimana dia ada mata Sharingan, sama seperti Sasuke. Mungkin itu yang menjadi daya penarik bagi Sasuke untuk memberi komitmen kepada kumpulan ‘usrah’ tersebut.” Imran melontarkan pandangannya.

“Betul… betul… betul… Setiap orang sebenarnya ada keistimewaan masing-masing. Cuma kita rasa rendah diri apa keistimewaan kita. Jadi, apabila kita menjadi naqib, sebenarnya ilmu atau keistimewaan kita itulah yang menjadi daya penarik kepada ahli usrah kita,” saya cuba menjawab apa yang termampu.


Sumber : http://studiomuslim.com/dakwah/usrah-dan-naruto/

Papadom the movie

Kalau filem itu filem Melayu, memang saya tidak akan menontonnya di panggung. Malah dahulu saya pergi ke panggung hanya untuk menonton filem yang mempunyai efek CGI yang bagus. Jadi, filem Jin Notti memang tidak termasuk dalam senarai filem yang saya akan tonton di panggung (malah mungkin tidak akan ditonton langsung seperti filem Cicakman).

Tetapi Papadom adalah satu-satunya filem yang saya tonton dua kali di panggung wayang untuk tahun ini.

Sinopsis Papadom

Papadom memberikan satu cerita yang mudah iaitu kasih sayang seorang bapa kepada anak. Saadom merupakan seorang peniaga Nasi Kandar dalam tahun 1990-an. Beliau mempunyai seorang isteri bernama Munirah.

Selepas Munirah melahirkan seorang anak perempuan yang diberi nama Miasara, Saadom bersama dua orang rakannya berusaha membesarkan perniagaan Nasi Kandar. Saadom menjadi begitu sibuk sehingga kekurangan masa bersama isteri dan anak beliau.

Suatu hari Munirah terlibat dalam kemalangan dan meninggal. Sejak dari saat itu Saadom berubah dan berusaha menjaga Miasara sebaik mungkin. Bukan setakat baik sahaja malah lebih dari itu.

Di sinilah terjadi pelbagai ragam dan komedi dalam membesarkan Miasara.

Kelainan Dalam Papadom

Sebelum ini kita asyik dihidangkan dengan kisah ibu tunggal atau kisah berkaitan kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Papadom memberikan kita kisah bagaimana pula seorang lelaki ingin menunjukkan kasih sayangnya.

Kiranya Papadom menunjukkan kepada kita bagaimana kasih sayang kepada anak dari sudut pandang seorang lelaki. Ia berasaskan kepada pemikiran bahawa seorang lelaki tidak pandai meluahkan kasih sayang melalui kata-kata, jadi mereka menunjukkan kasih sayang melalui perbuatan mereka.

Kebebasan Untuk Remaja

Papadom juga memberi persoalan tentang sampai ke tahap mana sepatutnya kebebasan diberikan kepada seseorang remaja itu. Adakah sampai ibu bapa perlu memperhatikan segala tindak tanduk anak mereka atau membiarkan sahaja anak mereka buat apa sahaja.

“Saya tak nak anak saya membuat sebarang kesilapan,” kata Saadom dalam satu babak.

Jadi, satu perkara yang saya dapat daripada filem ini adalah biarlah seorang remaja itu belajar daripada kesilapan. Kalau mereka tidak buat sebarang kesilapan, jadi mereka tidak akan tahu selama-lamanya yang perkara itu silap.

Antara belajar dari buku atau kata-kata nasihat dengan belajar daripada pengalaman, mana yang kita lebih senang faham?

Sindiran Terhadap Filem Tempatan

Saya melihat ada beberapa babak yang menyindir industri perfileman tempatan. Contohnya seorang watak iaitu Rahmat yang suka dirinya dipanggil ‘Wajib Tayang’. Rahmat merupakan seorang pelajar yang suka membuat filem-filem pendek. Dan kefahaman beliau tentang filem adalah sesuatu filem itu mestilah bersifat abstrak.

Watak tersebut memberi gambaran beberapa orang Pengarah yang membuat filem yang orang tidak faham. Semata-mata untuk kepuasan dirinya sendiri.

Satu lagi dialog yang diucapkan oleh Scha, “Bukankah kita buat filem untuk buat duit, prof?”

Ini satu lagi perkara yang membuatkan industri perfileman kita seakan mengisi keinginan orang ramai dengan nilai komersial semata-mata. Buat filem untuk buat duit. Jadi filem Malaysia dipenuhi dengan filem berkaitan cinta, tahyul dan bisnesman yang kaya melampau.

Jadi ada dua persoalan iaitu buat filem yang ada nilai moral tetapi kurang nilai komersial dengan filem yang semata-mata memuatkan nilai komersial sahaja. Mana satu yang baik?

Kesimpulan

Papadom boleh dikatakan filem yang baik untuk tahun ini. Mungkin inilah filem yang bakal diingati oleh penontonnya. Lama kita menunggu filem-filem yang menarik dan diingati zaman berzaman seperti filem-filem P. Ramlee.

P/s: Dan ini kali pertama saya menulis reviu untuk filem Melayu.

* Gambar diambil daripada blog Afdlin Shauki.

http://studiomuslim.com/ulasan-filem/reviu-papadom/

Azree Hanifiah
Johor Bahru
31 Oktober 2009