Jamal Malik, an 18 year-old orphan from the slums of Mumbai, is just one question away from winning a staggering 20 million rupees on India’s “Who Wants To Be A Millionaire?”
But when the show breaks for the night, police arrest him on suspicion of cheating; how could a street kid know so much?
Desperate to prove his innocence, Jamal tells the story of his life in the slum where he and his brother grew up, of their adventures together on the road, of vicious encounters with local gangs, and of Latika, the girl he loved and lost.
Each chapter of his story reveals the key to the answer to one of the game show’s questions. Intrigued by Jamal’s story, the jaded Police Inspector begins to wonder what a young man with no apparent desire for riches is really doing on this game show? When the new day dawns and Jamal returns to answer the final question, the Inspector and sixty million viewers are about to find out.
UK official trailer
Official Trailer
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Fikrah:-
1) Kategori : HARUS TONTON - Sebaik sahaja keluar!!!
2) Bukan selalu drama / filem yang bergenrekan motivasi dan inspirasi diangkat sebagai tema terbaik dari yang terbaik di seluruh dunia; dalam kaca mata dunia hollywood, anugerah Oscar adalah dikatakan terbaik untuk layaran ini.
3) Kisah Jamal Malik, seorang anak muda yang yatim - seharusnya bisa menjadikan iktibar dan ispirasi kepada generasi muda dalam sosial dan realiti semasa; berbeza hero dunia realiti berbanding dengan hero di alam fantasi seperti Frodo (Lord of the Rings) dan Harry (Harry Potter); (walaupun kesemuanya filem semata-mata)- kisah cinta yang dibuktikan dengan kejayaan.
Selasa, Februari 24, 2009
Isnin, Februari 23, 2009
Slumdog Millionaire; From Zero to Hero
From Zero to Hero
-More inspiring stories; read here:
“Slumdog” composer A.R. Rahman, a dual Oscar winner for the score and song, said the movie was about “optimism and the power of hope.”
“All my life, I’ve had a choice of hate and love,” Rahman said. "I chose love, and I’m here."
Complete list of winners at the 81st annual Oscars
- Motion Picture: “Slumdog Millionaire.”
- Actor: Sean Penn, “Milk.”
- Actress: Kate Winslet, “The Reader.”
- Supporting Actor: Heath Ledger, “The Dark Knight.”
- Supporting Actress: Penelope Cruz, “Vicky Cristina Barcelona.”
- Director: Danny Boyle, “Slumdog Millionaire.”
- Foreign Film: “Departures,” Japan.
- Adapted Screenplay: Simon Beaufoy, “Slumdog Millionaire.”
- Original Screenplay: Dustin Lance Black, “Milk.”
- Animated Feature Film: “WALL-E.”
- Art Direction: “The Curious Case of Benjamin Button.”
- Cinematography: “Slumdog Millionaire.”
- Sound Mixing: “Slumdog Millionaire.”
- Sound Editing: “The Dark Knight.”
- Original Score: “Slumdog Millionaire,” A.R. Rahman.
- Original Song: “Jai Ho” from “Slumdog Millionaire,” A.R. Rahman and Gulzar.
- Costume: “The Duchess.”
- Documentary Feature: “Man on Wire.”
- Documentary (short subject): “Smile Pinki.”
- Film Editing: “Slumdog Millionaire.”
- Makeup: “The Curious Case of Benjamin Button.”
- Animated Short Film: “La Maison en Petits Cubes.”
- Live Action Short Film: “Spielzeugland (Toyland).”
- Visual Effects: “The Curious Case of Benjamin Button.”
-More inspiring stories; read here:
- 1) Mumbai people celebrates. "I’m poor, but no one can call me a dog"
- 2) "All indians can dance"; From Slums of Mumbai to Academy
- 3) rags-to-riches tale; Slumdog becoming a cash-cow at US box office
Iktibar pemuda Kahfi
Siri Tafsir Maudhuiy ke-52 : Memugar Idealisma Qurani: Keteladanan Pemuda Kahfi
Pemuda Kahfi adalah sekumpulan pelaku sejarah yang mengabadikan keunggulan iman, kecerdasan akal, keberanian bersikap dan bertindak. Mereka bangkit melepaskan diri daripada belenggu budaya dan tradisi pembodohan: penguatkuasaan dan pemaksaan amalan menyembah berhala, budaya warisan yang dipertahankan dengan setia tanpa dipersoalkan rasionalitinya, tanpa dipertanyakan kerelevanannya.
Fitrah insani yang masih dimiliki tujuh pemuda Kahfi itu tidak dapat menerima agama dan budaya yang tidak serasi dengan kesejatian sifat keinsanan yang memang tercipta dalam acuan tauhidik - kecenderungan fitri kepada penyembahan Tuhan Yang Maha Esa, Maha Berkuasa dan Maha Sempurna.
Akal sihat pemuda Kahfi tidak dapat menerima faham yang tidak rasional. Kemampuan dan keberanian berfikir kritis-evaluatif telah menghasilkan keberanian bersikap - menolak kesesatan yang telah begitu lama membudaya dan mencari alternatif yang benar dan meyakinkan.
1) Fitrah insani yang masih dimiliki tujuh pemuda Kahfi itu tidak dapat menerima agama dan budaya yang tidak serasi dengan kesejatian sifat keinsanan yang memang tercipta dalam acuan tauhidik - kecenderungan fitri kepada penyembahan Tuhan Yang Maha Esa, Maha Berkuasa dan Maha Sempurna.
2) Akal sihat pemuda Kahfi tidak dapat menerima faham yang tidak rasional. Kemampuan dan keberanian berfikir kritis-evaluatif telah menghasilkan keberanian bersikap - menolak kesesatan yang telah begitu lama membudaya dan mencari alternatif yang benar dan meyakinkan.
3) Ketulusan mencari kebenaran mendapat perhatian dari langit. Pemuda Kahfi mengalami pencerahan hidayah, lalu menemukan hakikat tauhid, Tuhan yang hakiki hanyalah Allah, satu-satunya Pencipta, Pemilik dan Penguasa langit dan bumi seisinya.
4) Kebenaran adalah kurnia istimewa yang paling berharga dan membanggakan. Pemuda Kahfi membuat deklarasi tauhid, suatu keberanian yang tercetus dari kekentalan iman dan kebanggaan memilikinya. Motifnya bukan sekadar ingin membuat kejutan atau bangga dengan sikap berani berbeza, tetapi secara tidak langsung menyedarkan masyarakat agar berfikir, mengaktifkan akal sihat yang selama ini beku terbelenggu dalam budaya “dikir barat” - sebut apa sahaja yang disebut oleh “tukang karut” termasuk segala karut dan carutnya. Memang deklarasi tersebut cukup menggemparkan. Mungkin kejutan seperti itulah yang diperlukan oleh masyarakat yang telah lama kehilangan daya fikir dan kematian idealisme untuk membangkitkan akal yang tidur dan menghidupkan hati yang mati.
5) Deklarasi tauhid pemuda Kahfi segera dirasakan sebagai gugatan terhadap kemapanan dan kestabilan serta ancaman terhadap pihak-pihak yang berkepentingan. Raja yang selama ini ikut di”berhala”kan bertindak memberikan kata dua: rujuk ke tradisi datuk nenek, atau hadapi tindakan brutal pihak penguasa.
6) Berani bersikap, harus berani menghadapi risikonya. Demikianlah iman tulen pemuda Kahfi yang mendapat pengakuan dari langit,”…sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman dengan Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk buat mereka.” Pengakuan Ilahi tersebut sekaligus mengungkapkan hakikat hubungan erat iman dengan petunjuk; semakin menguatnya iman, semakin bertambah kebenaran yang menyerlah, termasuk petunjuk Ilahi tentang bagaimana mengurus diri di tengah kemelut pertentangan yang mereka alami.
7) Demi iman dan kebenaran, pemuda Kahfi bersumpah setia mempertahankan pendirian tauhidik dan berusaha menghindari tindakan teror penguasa dengan bersembunyi di gua. Mereka menghilangkan diri, tetapi deklarasi tauhid mereka tidak ikut menghilang. Deklarasi keramat itu tinggal di tengah umat sebagai benih kesedaran.
8) Di tengah ribut memburu dan mengesan jejak pemuda Kahfi, mereka damai dalam limpahan rahmat Allah. Gua gelita yang sempit dan kasar - berkat taburan rahmat - terasa bagaikan kamar nyaman sehingga mereka tertidur nyenyak selama tempoh yang cukup lama. Sementara itu masyarakat telah berubah. Benih iman dan akal rasional yang mereka tinggalkan telah hidup subur dan tersebar luas meliputi seluruh strata: raja dan massa. Ketika itulah mereka sedar, lalu menyaksikan perubahan dan merasakan penghormatan umat generasi baru yang tahu menilai kebenaran, kerasionalan dan keberanian bersikap benar.
(dipetik dari minda madani online)
Siri Tafsir Maudhuiy
Dato' Dr. Siddiq Fadzil, Kolej Dar al-Hikmah.
Pemuda Kahfi adalah sekumpulan pelaku sejarah yang mengabadikan keunggulan iman, kecerdasan akal, keberanian bersikap dan bertindak. Mereka bangkit melepaskan diri daripada belenggu budaya dan tradisi pembodohan: penguatkuasaan dan pemaksaan amalan menyembah berhala, budaya warisan yang dipertahankan dengan setia tanpa dipersoalkan rasionalitinya, tanpa dipertanyakan kerelevanannya.
Fitrah insani yang masih dimiliki tujuh pemuda Kahfi itu tidak dapat menerima agama dan budaya yang tidak serasi dengan kesejatian sifat keinsanan yang memang tercipta dalam acuan tauhidik - kecenderungan fitri kepada penyembahan Tuhan Yang Maha Esa, Maha Berkuasa dan Maha Sempurna.
Akal sihat pemuda Kahfi tidak dapat menerima faham yang tidak rasional. Kemampuan dan keberanian berfikir kritis-evaluatif telah menghasilkan keberanian bersikap - menolak kesesatan yang telah begitu lama membudaya dan mencari alternatif yang benar dan meyakinkan.
1) Fitrah insani yang masih dimiliki tujuh pemuda Kahfi itu tidak dapat menerima agama dan budaya yang tidak serasi dengan kesejatian sifat keinsanan yang memang tercipta dalam acuan tauhidik - kecenderungan fitri kepada penyembahan Tuhan Yang Maha Esa, Maha Berkuasa dan Maha Sempurna.
2) Akal sihat pemuda Kahfi tidak dapat menerima faham yang tidak rasional. Kemampuan dan keberanian berfikir kritis-evaluatif telah menghasilkan keberanian bersikap - menolak kesesatan yang telah begitu lama membudaya dan mencari alternatif yang benar dan meyakinkan.
3) Ketulusan mencari kebenaran mendapat perhatian dari langit. Pemuda Kahfi mengalami pencerahan hidayah, lalu menemukan hakikat tauhid, Tuhan yang hakiki hanyalah Allah, satu-satunya Pencipta, Pemilik dan Penguasa langit dan bumi seisinya.
4) Kebenaran adalah kurnia istimewa yang paling berharga dan membanggakan. Pemuda Kahfi membuat deklarasi tauhid, suatu keberanian yang tercetus dari kekentalan iman dan kebanggaan memilikinya. Motifnya bukan sekadar ingin membuat kejutan atau bangga dengan sikap berani berbeza, tetapi secara tidak langsung menyedarkan masyarakat agar berfikir, mengaktifkan akal sihat yang selama ini beku terbelenggu dalam budaya “dikir barat” - sebut apa sahaja yang disebut oleh “tukang karut” termasuk segala karut dan carutnya. Memang deklarasi tersebut cukup menggemparkan. Mungkin kejutan seperti itulah yang diperlukan oleh masyarakat yang telah lama kehilangan daya fikir dan kematian idealisme untuk membangkitkan akal yang tidur dan menghidupkan hati yang mati.
5) Deklarasi tauhid pemuda Kahfi segera dirasakan sebagai gugatan terhadap kemapanan dan kestabilan serta ancaman terhadap pihak-pihak yang berkepentingan. Raja yang selama ini ikut di”berhala”kan bertindak memberikan kata dua: rujuk ke tradisi datuk nenek, atau hadapi tindakan brutal pihak penguasa.
6) Berani bersikap, harus berani menghadapi risikonya. Demikianlah iman tulen pemuda Kahfi yang mendapat pengakuan dari langit,”…sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman dengan Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk buat mereka.” Pengakuan Ilahi tersebut sekaligus mengungkapkan hakikat hubungan erat iman dengan petunjuk; semakin menguatnya iman, semakin bertambah kebenaran yang menyerlah, termasuk petunjuk Ilahi tentang bagaimana mengurus diri di tengah kemelut pertentangan yang mereka alami.
7) Demi iman dan kebenaran, pemuda Kahfi bersumpah setia mempertahankan pendirian tauhidik dan berusaha menghindari tindakan teror penguasa dengan bersembunyi di gua. Mereka menghilangkan diri, tetapi deklarasi tauhid mereka tidak ikut menghilang. Deklarasi keramat itu tinggal di tengah umat sebagai benih kesedaran.
8) Di tengah ribut memburu dan mengesan jejak pemuda Kahfi, mereka damai dalam limpahan rahmat Allah. Gua gelita yang sempit dan kasar - berkat taburan rahmat - terasa bagaikan kamar nyaman sehingga mereka tertidur nyenyak selama tempoh yang cukup lama. Sementara itu masyarakat telah berubah. Benih iman dan akal rasional yang mereka tinggalkan telah hidup subur dan tersebar luas meliputi seluruh strata: raja dan massa. Ketika itulah mereka sedar, lalu menyaksikan perubahan dan merasakan penghormatan umat generasi baru yang tahu menilai kebenaran, kerasionalan dan keberanian bersikap benar.
(dipetik dari minda madani online)
Siri Tafsir Maudhuiy
Dato' Dr. Siddiq Fadzil, Kolej Dar al-Hikmah.
genre
belajar,
hati,
Istiqamah,
kebenaran,
motivasi,
pengajaran,
perjuangan,
perubahan,
politik,
sabar,
sekolah,
tarbiyah
Ahad, Februari 22, 2009
Menang-kalah-menang
1) Mendahului tidak bermakna sudah mencapai kemenangan. Dalam apa-apa pertandingan pun, menang dan kalah diputuskan pada garisan penamat. Dan, apabila satu pasukan berada di hadapan, dengan lain pasukan ditinggalkan di belakang, MUNGKIN pasukan yang di hadapan boleh bersorak lebih kuat daripada lain-lain pasukan; Hanya kelihatan mendahului, belum lagi bererti mencapai kejayaan. Seronoknya bersorak-sorai dalam keadaan mendahului pihak lawan, kadang-kadang terlupa belum lagi melepasi garisan penamat.
2) Hinakah apabila berada dibelakang? Yang belakang biasanya dikatakan Kalah (loser). Mereka diketawakan, malah ada yang memberi takrif; kalah (lose) bererti salah (guilty). Kecaman yang tidak enak didengar, dan kadang-kadang bersifat tidak adil, keterlaluan dan keanak-anakkan sehinggakan anak-anak kecil juga pelik melihat telatah pihak yang 'menang'. Ini suatu persepsi yang salah untuk mereka yang dikatakan dibelakang. Sudah tentu juga, salah(wrong) untuk menyamakan kalah(lose) itu salah(guilty)!
3) Ada ramai antara kita yang sentiasa sukakan kemenangan. Malah, tidak sanggup menghadapi kekalahan sehinggakan sanggup tidak berpihak kepada pihak yang kalah, dan bertindak pula menyokong sesiapa sahaja yang menang; walaupun pada suatu masa, adalah pendokong dan penyokong pihak yang kalah tadi. Ini adalah jenis yang tidak punya jati diri dan bukan rakan sejati. Enggan bersama pada masa susah; Hanya mahukan kesenangan semata-mata. Hakikatnya, tidak sama menang itu benar; tidak sama kalah itu salah.
4) Ya, memang benar; menang adalah apabila satu pihak telah melepasi garisan penamat terlebih dahulu daripada pihak yang lain; Ini suatu takrif yang biasa didengari. Namun, menang juga adalah apabila suatu pihak telah mencapai matlamat dan objektif yang diidamkan. Ia lebih bersifat peribadi dan kemenangan ini akan memberi kepuasan hati dan keselesaan yang lebih bermakna kepada pihak berkenaan. Yang penting, telah mencapai sasaran! Inilah kemenangan yang sebenar.
5) Ya, memang benar; dalam pertandingan, adatnya, ada yang menang dan ada yang kalah. Cuma, kita harus jelas, dalam pertandingan, perkataan menang dan kalah itu hanya objektif tertentu; dan sebagai jalan mudah untuk menyampaikan hadiah. Hakikatnya, semua adalah pemenang apabila sudah mencapai sasaran masing-masing. Yang kalah, hanya yang tidak berusaha; tidak melakukan terbaik, main-main dan dan tidak bersungguh-sungguh dalam pertandingan. Itulah sebenarnya pihak yang tewas. Tewas ini bererti kalah!
6) Boleh juga kita berfikir dan bertindak menjangkaui adat. Tidak semestinya, ada yang menang, mesti ada yang kalah (menang-kalah). Ada keadaan kedua-dua pihak kalah (kalah-kalah); Meskipun suatu pertandingan, seperti merebutkan sesuatu yang sia-sia, atau suatu perebutan yang berpanjangan sehingga menyebabkan perpecahan, perbalahan dan segalanya yang seerti dengannya, akhirnya mungkin ada pihak yang menang. Hakikatnya, yang menang itu jadi abu, yang kalah jadi arang. Dua-dua kalah! Entah-entah, ada pula pihak lain yang mengambil kesempatan di atas pertelingkahan itu.
7) Lantas, ada satu lagi pilihan yang sangat baik dan menarik; iaitu semua pihak menang! (menang-menang). Dengan kata mudahnya; penuh semangat setiakawan. Dalam sukan, dipanggil 'sportmanship' atau 'semangat kesukanan', atau dalam alam politik, dipanggil 'diplomasi'. Tidak perlu berduka cita dalam mencapai sesuatu perkara; di belakang atau di depan, asal diri sudah berusaha dengan keringat serta menggunakan segala kekuatan dalam diri dan sumber-sumber yang ada.
8) Tahniah kepada yang lebih baik dari mereka yang baik-baik; Tidak semua orang berani berada dalam gelanggang; lebih ramai lebih berani di luar gelanggang; jadi tukang sorak; tukang kutuk; tukang bakar; tukang segala tukang; tetapi tidak sebagai pejuang di dalam gelanggang. Maka, berada dalam gelanggang, sudah dikira sebagai pemenang!
2) Hinakah apabila berada dibelakang? Yang belakang biasanya dikatakan Kalah (loser). Mereka diketawakan, malah ada yang memberi takrif; kalah (lose) bererti salah (guilty). Kecaman yang tidak enak didengar, dan kadang-kadang bersifat tidak adil, keterlaluan dan keanak-anakkan sehinggakan anak-anak kecil juga pelik melihat telatah pihak yang 'menang'. Ini suatu persepsi yang salah untuk mereka yang dikatakan dibelakang. Sudah tentu juga, salah(wrong) untuk menyamakan kalah(lose) itu salah(guilty)!
3) Ada ramai antara kita yang sentiasa sukakan kemenangan. Malah, tidak sanggup menghadapi kekalahan sehinggakan sanggup tidak berpihak kepada pihak yang kalah, dan bertindak pula menyokong sesiapa sahaja yang menang; walaupun pada suatu masa, adalah pendokong dan penyokong pihak yang kalah tadi. Ini adalah jenis yang tidak punya jati diri dan bukan rakan sejati. Enggan bersama pada masa susah; Hanya mahukan kesenangan semata-mata. Hakikatnya, tidak sama menang itu benar; tidak sama kalah itu salah.
4) Ya, memang benar; menang adalah apabila satu pihak telah melepasi garisan penamat terlebih dahulu daripada pihak yang lain; Ini suatu takrif yang biasa didengari. Namun, menang juga adalah apabila suatu pihak telah mencapai matlamat dan objektif yang diidamkan. Ia lebih bersifat peribadi dan kemenangan ini akan memberi kepuasan hati dan keselesaan yang lebih bermakna kepada pihak berkenaan. Yang penting, telah mencapai sasaran! Inilah kemenangan yang sebenar.
5) Ya, memang benar; dalam pertandingan, adatnya, ada yang menang dan ada yang kalah. Cuma, kita harus jelas, dalam pertandingan, perkataan menang dan kalah itu hanya objektif tertentu; dan sebagai jalan mudah untuk menyampaikan hadiah. Hakikatnya, semua adalah pemenang apabila sudah mencapai sasaran masing-masing. Yang kalah, hanya yang tidak berusaha; tidak melakukan terbaik, main-main dan dan tidak bersungguh-sungguh dalam pertandingan. Itulah sebenarnya pihak yang tewas. Tewas ini bererti kalah!
6) Boleh juga kita berfikir dan bertindak menjangkaui adat. Tidak semestinya, ada yang menang, mesti ada yang kalah (menang-kalah). Ada keadaan kedua-dua pihak kalah (kalah-kalah); Meskipun suatu pertandingan, seperti merebutkan sesuatu yang sia-sia, atau suatu perebutan yang berpanjangan sehingga menyebabkan perpecahan, perbalahan dan segalanya yang seerti dengannya, akhirnya mungkin ada pihak yang menang. Hakikatnya, yang menang itu jadi abu, yang kalah jadi arang. Dua-dua kalah! Entah-entah, ada pula pihak lain yang mengambil kesempatan di atas pertelingkahan itu.
7) Lantas, ada satu lagi pilihan yang sangat baik dan menarik; iaitu semua pihak menang! (menang-menang). Dengan kata mudahnya; penuh semangat setiakawan. Dalam sukan, dipanggil 'sportmanship' atau 'semangat kesukanan', atau dalam alam politik, dipanggil 'diplomasi'. Tidak perlu berduka cita dalam mencapai sesuatu perkara; di belakang atau di depan, asal diri sudah berusaha dengan keringat serta menggunakan segala kekuatan dalam diri dan sumber-sumber yang ada.
8) Tahniah kepada yang lebih baik dari mereka yang baik-baik; Tidak semua orang berani berada dalam gelanggang; lebih ramai lebih berani di luar gelanggang; jadi tukang sorak; tukang kutuk; tukang bakar; tukang segala tukang; tetapi tidak sebagai pejuang di dalam gelanggang. Maka, berada dalam gelanggang, sudah dikira sebagai pemenang!
Rabu, Februari 18, 2009
Mencari iktibar dan pengajaran
1) Sekiranya berlaku sesuatu perkara yang tidak disangka-sangka dan tidak memihak kepada kita, bernasib malang, tidak berkesan pada mana-mana hasil, gagal dalam mencapai matlamat, atau kehilangan arah, dan seerti dan semakna dengannya, apa yang boleh dilakukan?
2) Kebiasaannya, kita akan mencari kesalahan orang lain. Cari kesilapan orang lain adalah pilihan yang paling popular dan paling mudah; Tujukan sahaja jari-jemari kita kepada mana-mana sahaja orang yang terlibat secara langsung mahupun secara tidak langsung.
3) Ada pendapat menyatakan adalah lebih baik mencari kesilapan diri sendiri. Lihat kelemahan dalam diri yang menyebabkan perkara itu berlaku. Biasanya, ini diterima sebagai kaedah yang menunjukkan ketinggian pekerti dan lebih kelihatan rendah diri. Ia juga melihatkan diri ini adalah orang yang boleh menerima kesalahan dan kelemahan diri.
4) Sama ada menyalahkan pihak lain atau diri sendiri juga sebenarnya tidak membawa apa-apa erti dan kesan kepada hasil atau peristiwa yang telah pun berlaku. Dan, sebenarnya akan membawa masalah yang sama teruknya dan mungkin lebih besar pada masa akan datang. Bukankah ungkapan 'yang berlalu biar berlalu, dan ambil pengajaran untuk masa depan' merupakan nasihat yang akhirnya diberikan kepada kita oleh penasihat-penasihat di sekeliling kita? Maka, bermain permainan tuduh-menuduh ini sebenarnya tidak membawa kepada ungkapan nasihat tersebut pada akhirnya.
5) Jadi, apa yang boleh dilakukan apabila menempuhi saat malang ini? Menuduh pihak lain akan membawa kepada persengketaan dan lebih banyak tuduh-menuduh akan berlaku. Manakala, menuduh diri sendiri pula akan membawa kepada sindrom fobia dan sikap takut menghadapi risiko dan akhirnya tidak akan membawa kepada kemajuan.
6) Mungkin kaedah yang boleh dikongsi di sini dapat membantu.
Tanyakan kepada diri 3 perkara penting:
a) Adakah saya telah melakukan perkara yang patut dilakukan?
b) Apakah perkara yang tidak patut saya lakukan, telah saya lakukan?
c) Apakah perkara yang boleh saya lakukan, tidak saya lakukan?
7) Keliru?? baca perlahan-lahan setiap soalan tersebut dan jawabnya dengan ikhlas dan secara terbuka. Terbuka di sini bermakna keterbukaan dengan hati dan minda. Tidak perlu mencari dan menuduh kesalahan pihak lain mahupun diri sendiri. Hanya ambil tindakan yang patut selepas menjawab soalan di atas.
8) Tindakannya berasaskan kepada soalan ini:
Dan, apa tindakan saya selepas ini?
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>.
Fikrah-
1) Setiap kali nota motivasi ditulis; sasaran pertama adalah untuk diri saya sendiri; kemudian, barulah pembaca lain!
2) Ini memang bukan berkenaan orang lain atau berkenaan diri sendiri. Ini hanya suatu jalan kebenaran yang tidak popular apabila menghadapi dugaan yang kelihatan malang.
3) Kenapa dikatakan 'kelihatan malang'? Kerana sebenarnya kita tidak tahu yang 'kelihatan malang' itu, sebenarnya bala untuk kita, atau sebenarnya 'rahmat dan nikmat' dari yang Esa.
4) Maka, amat tidak wajar untuk menolak bala atau rahmat kepada orang lain; apatah lagi diri sendiri! Bersyukurlah!
2) Kebiasaannya, kita akan mencari kesalahan orang lain. Cari kesilapan orang lain adalah pilihan yang paling popular dan paling mudah; Tujukan sahaja jari-jemari kita kepada mana-mana sahaja orang yang terlibat secara langsung mahupun secara tidak langsung.
3) Ada pendapat menyatakan adalah lebih baik mencari kesilapan diri sendiri. Lihat kelemahan dalam diri yang menyebabkan perkara itu berlaku. Biasanya, ini diterima sebagai kaedah yang menunjukkan ketinggian pekerti dan lebih kelihatan rendah diri. Ia juga melihatkan diri ini adalah orang yang boleh menerima kesalahan dan kelemahan diri.
4) Sama ada menyalahkan pihak lain atau diri sendiri juga sebenarnya tidak membawa apa-apa erti dan kesan kepada hasil atau peristiwa yang telah pun berlaku. Dan, sebenarnya akan membawa masalah yang sama teruknya dan mungkin lebih besar pada masa akan datang. Bukankah ungkapan 'yang berlalu biar berlalu, dan ambil pengajaran untuk masa depan' merupakan nasihat yang akhirnya diberikan kepada kita oleh penasihat-penasihat di sekeliling kita? Maka, bermain permainan tuduh-menuduh ini sebenarnya tidak membawa kepada ungkapan nasihat tersebut pada akhirnya.
5) Jadi, apa yang boleh dilakukan apabila menempuhi saat malang ini? Menuduh pihak lain akan membawa kepada persengketaan dan lebih banyak tuduh-menuduh akan berlaku. Manakala, menuduh diri sendiri pula akan membawa kepada sindrom fobia dan sikap takut menghadapi risiko dan akhirnya tidak akan membawa kepada kemajuan.
6) Mungkin kaedah yang boleh dikongsi di sini dapat membantu.
Tanyakan kepada diri 3 perkara penting:
a) Adakah saya telah melakukan perkara yang patut dilakukan?
b) Apakah perkara yang tidak patut saya lakukan, telah saya lakukan?
c) Apakah perkara yang boleh saya lakukan, tidak saya lakukan?
7) Keliru?? baca perlahan-lahan setiap soalan tersebut dan jawabnya dengan ikhlas dan secara terbuka. Terbuka di sini bermakna keterbukaan dengan hati dan minda. Tidak perlu mencari dan menuduh kesalahan pihak lain mahupun diri sendiri. Hanya ambil tindakan yang patut selepas menjawab soalan di atas.
8) Tindakannya berasaskan kepada soalan ini:
Dan, apa tindakan saya selepas ini?
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>.
Fikrah-
1) Setiap kali nota motivasi ditulis; sasaran pertama adalah untuk diri saya sendiri; kemudian, barulah pembaca lain!
2) Ini memang bukan berkenaan orang lain atau berkenaan diri sendiri. Ini hanya suatu jalan kebenaran yang tidak popular apabila menghadapi dugaan yang kelihatan malang.
3) Kenapa dikatakan 'kelihatan malang'? Kerana sebenarnya kita tidak tahu yang 'kelihatan malang' itu, sebenarnya bala untuk kita, atau sebenarnya 'rahmat dan nikmat' dari yang Esa.
4) Maka, amat tidak wajar untuk menolak bala atau rahmat kepada orang lain; apatah lagi diri sendiri! Bersyukurlah!
Selasa, Februari 17, 2009
Ahad, Februari 15, 2009
Rumusan Dr M.Asri Zainal Abidin
Kekusutan yang berlaku pada hari ini, apakah ia baru bermula semalam, atau sudah bertahun lamanya? Barah yang kelihatan boleh membunuh pada hari ini, apakah baru muncul ketika doktor berjaya mengesannya, atau sudah bertahun lamanya? Banyak penyakit itu gagal diubati disebabkan hanya pada sangat akhir ketika sudah benar-benar nazak, baru datang berjumpa perawat. Bukan tidak boleh, tetapi penyelesaian yang lengkap akan sukar untuk diperolehi.
Ya, banyak perkara dalam hidup kita, Islam hanyalah dirujuk ketika saat gawat. Ini seperti mereka yang berumahtangga, Islam mencadangkan pakej yang lengkap bermula dari ciri-ciri dalam memilih pasangan, mudahnya urusan perkahwinan, kehidupan dengan disiplin agama, tanggungjawab suami, isteri dan anak-anak, hukum-hakam nusyuz sehinggalah kepada bab talak apabila ternyata rumahtangga tidak lagi membawa kebaikan.
(Baca artikel penuh di sini)
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>.
Dalam hadis al-Imam al-Bukhari daripada Anas bin Malik r.a. katanya;
Melihat kepada masalah-masalah yang seperti hari ini, membawa kita insaf bahawa ada dua perkara yang memerlukan perubahan dalam negara kita.
1) melihat semula segala dasar dan sistem yang dipakai dalam negara ini; sejauh manakah itu semua memenuhi prinsip-prinsip yang ditegaskan oleh Allah dan rasulNya.
2) kembali mentarbiah kaum muslimin; pemimpin dan rakyat agar berdisiplin dalam prinsip, amalan dan akhlak selaras dengan ajaran Allah dan rasulNya. Maksudnya hendaklah dilakukan penegakan Islam di peringkat dasar dan penghayatan. Dengan syarat, tafsiran Islam itu mestilah atas keikhlasan dan ilmu yang bebas dari kepentingan parti dan politik tertentu.
Saya menyeru kepada para pejuang perubahan, semoga apa yang berlaku menginsafkan kita, betapa kita perlukan Islam yang tulen yang merdeka dari kepentingan puak, adat, bangsa, parti dan seumpamanya. Hanya kembali kepada Allah dan rasulNya
Ya, banyak perkara dalam hidup kita, Islam hanyalah dirujuk ketika saat gawat. Ini seperti mereka yang berumahtangga, Islam mencadangkan pakej yang lengkap bermula dari ciri-ciri dalam memilih pasangan, mudahnya urusan perkahwinan, kehidupan dengan disiplin agama, tanggungjawab suami, isteri dan anak-anak, hukum-hakam nusyuz sehinggalah kepada bab talak apabila ternyata rumahtangga tidak lagi membawa kebaikan.
(Baca artikel penuh di sini)
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>.
Dalam hadis al-Imam al-Bukhari daripada Anas bin Malik r.a. katanya;
“Bukanlah Nabi s.a.w itu seorang pemaki orang, tidak juga seorang pengucap kekejian dan bukan seorang pelaknat orang lain”.
Melihat kepada masalah-masalah yang seperti hari ini, membawa kita insaf bahawa ada dua perkara yang memerlukan perubahan dalam negara kita.
1) melihat semula segala dasar dan sistem yang dipakai dalam negara ini; sejauh manakah itu semua memenuhi prinsip-prinsip yang ditegaskan oleh Allah dan rasulNya.
2) kembali mentarbiah kaum muslimin; pemimpin dan rakyat agar berdisiplin dalam prinsip, amalan dan akhlak selaras dengan ajaran Allah dan rasulNya. Maksudnya hendaklah dilakukan penegakan Islam di peringkat dasar dan penghayatan. Dengan syarat, tafsiran Islam itu mestilah atas keikhlasan dan ilmu yang bebas dari kepentingan parti dan politik tertentu.
Saya menyeru kepada para pejuang perubahan, semoga apa yang berlaku menginsafkan kita, betapa kita perlukan Islam yang tulen yang merdeka dari kepentingan puak, adat, bangsa, parti dan seumpamanya. Hanya kembali kepada Allah dan rasulNya
Jumaat, Februari 13, 2009
Adil dan saksama
1) Nabi Daud; raja yang adil telah mengadili suatu kes yang melibatkan seorang pemilik kebun dan penternak kambing.
2) Pemilik kebun mengadu, "Tuanku wahai Nabi, sesungguhnya kambing lelaki ini masuk ke kebunku dan memakan semua anggur yang ada di dalamnya. Aku datang kepadamu agar engkau menjadi hakim bagi kami. Dan aku menuntut ganti rugi."
3) Nabi Daud berkata kepada pemilik kambing: "Apakah benar bahawa kambingmu memakan kebun lelaki ini?" Pemilik kambing itu berkata, "Benar wahai tuanku." Daud berkata lagi, "Maka, Aku memutuskan untuk memberikan kambingmu sebagai ganti dari apa yang telah dirosaki oleh kambingmu."
4) Nabi Sulaiman, iaitu anak kepada Nabi Daud berkata: "Wahai ayahandaku, nabi Daud a.s, Allah telah memberiku hikmah di samping ilmu yang diwarisi dari ayahanda. Pada pendapatku, Aku akan memilih dan memberikan suatu hukuman yang lain, wahai ayahku." Daud berkata: "Katakanlah wahai Sulaiman."
5) Sulaiman berkata: "Aku memutuskan agar:-
a)pemilik kambing mengambil kebun lelaki ini yang buahnya telah dimakan oleh kambingnya. Lalu hendaklah ia memperbaikinya dan menanam di situ sehingga tumbuhlah pohon-pohon anggur yang baru.
b)Dan aku memutuskan agar pemilik kebun itu mengambil kambingnya sehingga ia dapat mengambil manfaat dari bulunya dan susunya serta makan darinya.
c)Jika pohon anggur telah besar dan kebun tidak rosak atau kembali seperti semula, maka pemilik kebun itu dapat mengambil kembali kebunnya dan begitu juga pemilik kambing pun dapat mengambil kambingnya."
6) Lantas, Nabi Daud berkata: "Ini adalah keputusan yang hebat wahai Sulaiman. Segala puji bagi Allah s.w.t yang telah memberimu hikmah ini. Engkau adalah Sulaiman yang benar-benar bijaksana."
(Sumber - kisah-kisah nabi)
(Al-Anbiya': 78-79)
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>.
Fikrah-
1) Nabi Daud - meskipun kedekatannya kepada Allah s.w.t dan kecintaannya kepada-Nya - selalu belajar kepada Allah s.w.t. Allah s.w.t telah mengajarinya agar ia tidak memutuskan suatu perkara kecuali setelah ia mendengar perkataan kedua belah pihak yang bertikai. Keputusan Nabi Daud adalah keputusan yang ADIL.
2) Nabi Sulaiman - Allah taala telah memberikannya hikmah dan beliau mewarisi kerajaan yang Allah sendiri sediakan untuknya. Kerajaan yang beliau kuasai adalah meliputi seluruh makhluk termasuklah jin dan haiwan. Keputusan Nabi Sulaiman a.s adalah keputusan yang ADIL dan BIJAKSANA.
3) Ada keputusan yang baik; dan ada lagi keputusan yang lebih baik!
2) Pemilik kebun mengadu, "Tuanku wahai Nabi, sesungguhnya kambing lelaki ini masuk ke kebunku dan memakan semua anggur yang ada di dalamnya. Aku datang kepadamu agar engkau menjadi hakim bagi kami. Dan aku menuntut ganti rugi."
3) Nabi Daud berkata kepada pemilik kambing: "Apakah benar bahawa kambingmu memakan kebun lelaki ini?" Pemilik kambing itu berkata, "Benar wahai tuanku." Daud berkata lagi, "Maka, Aku memutuskan untuk memberikan kambingmu sebagai ganti dari apa yang telah dirosaki oleh kambingmu."
4) Nabi Sulaiman, iaitu anak kepada Nabi Daud berkata: "Wahai ayahandaku, nabi Daud a.s, Allah telah memberiku hikmah di samping ilmu yang diwarisi dari ayahanda. Pada pendapatku, Aku akan memilih dan memberikan suatu hukuman yang lain, wahai ayahku." Daud berkata: "Katakanlah wahai Sulaiman."
5) Sulaiman berkata: "Aku memutuskan agar:-
a)pemilik kambing mengambil kebun lelaki ini yang buahnya telah dimakan oleh kambingnya. Lalu hendaklah ia memperbaikinya dan menanam di situ sehingga tumbuhlah pohon-pohon anggur yang baru.
b)Dan aku memutuskan agar pemilik kebun itu mengambil kambingnya sehingga ia dapat mengambil manfaat dari bulunya dan susunya serta makan darinya.
c)Jika pohon anggur telah besar dan kebun tidak rosak atau kembali seperti semula, maka pemilik kebun itu dapat mengambil kembali kebunnya dan begitu juga pemilik kambing pun dapat mengambil kambingnya."
6) Lantas, Nabi Daud berkata: "Ini adalah keputusan yang hebat wahai Sulaiman. Segala puji bagi Allah s.w.t yang telah memberimu hikmah ini. Engkau adalah Sulaiman yang benar-benar bijaksana."
(Sumber - kisah-kisah nabi)
(Al-Anbiya': 78-79)
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>.
Fikrah-
1) Nabi Daud - meskipun kedekatannya kepada Allah s.w.t dan kecintaannya kepada-Nya - selalu belajar kepada Allah s.w.t. Allah s.w.t telah mengajarinya agar ia tidak memutuskan suatu perkara kecuali setelah ia mendengar perkataan kedua belah pihak yang bertikai. Keputusan Nabi Daud adalah keputusan yang ADIL.
2) Nabi Sulaiman - Allah taala telah memberikannya hikmah dan beliau mewarisi kerajaan yang Allah sendiri sediakan untuknya. Kerajaan yang beliau kuasai adalah meliputi seluruh makhluk termasuklah jin dan haiwan. Keputusan Nabi Sulaiman a.s adalah keputusan yang ADIL dan BIJAKSANA.
3) Ada keputusan yang baik; dan ada lagi keputusan yang lebih baik!
Rabu, Februari 11, 2009
Serupa tapi tak Sama
Petikan Hari ini
dari tukartiub.blogspot.com
".....Ada nilai salah dan ada nilai benar di sini. Yang salah tetap salah dan yang benar tetap benar. Kebenaran tetap benar bukan bersangkut paut dengan pandangan majoriti atau pandangan minoriti.
Pada satu ketika dahulu majoriti menganggap dunia ini leper. Pasa satu ketika dahulu majoriti menganggap matahari berpusing mengelilingi bumi. Garam di mana-mana pun di letakan tetap masin. Air tetap H2O – satu molekul hydrogen dan 2 molekul oksigen – walau pun ditemui di bintang Marikh. Kebenaran terus wujud sama ada ditenggelami oleh majoriti atau di tengelami oleh minoriti
Meninggalkan kejahatan dan kemungkaran adalah betul walau pun kejahatan dan kemungkaran itu masih di miliki dan di sanjung majoriti. Yang zalim tetap zalim walaupun didondang sayang oleh majoriti. Yang jahat tetap jahat. Yang menipu tetap menipu walau pun mereka di baluti oleh kuasa.
Apabila Yaseer Arafat bangun melawan tentera Isreal, kita tidak boleh disamakan dengan Ehud Barack menyerang gerila Palestin. Satu berjuang untuk menghapuskan kezaliman dan menegakkan kebenaran. Dan yang satu lagi menyerang untuk meneruskan kemungkaran dan kezaliman.... "
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>...
Fikrah-
1) Apabila ada percanggahan perkara dalam perbahasan, rujuk semula definisi asas suatu makna.
2) Yang benar tetap benar; yang batil tetap batil.
3) Kita sahaja yang sering memilih untuk mendengar dan percaya apa yang HENDAK kita dengar dan percaya.
4) Terpengaruh dengan majoriti, dan terpengaruh dengan yang paling kuat bunyinya, adalah suatu kelemahan manusia yang lemah jati dirinya dan ilmunya serta pengalamannya.
dari tukartiub.blogspot.com
".....Ada nilai salah dan ada nilai benar di sini. Yang salah tetap salah dan yang benar tetap benar. Kebenaran tetap benar bukan bersangkut paut dengan pandangan majoriti atau pandangan minoriti.
Pada satu ketika dahulu majoriti menganggap dunia ini leper. Pasa satu ketika dahulu majoriti menganggap matahari berpusing mengelilingi bumi. Garam di mana-mana pun di letakan tetap masin. Air tetap H2O – satu molekul hydrogen dan 2 molekul oksigen – walau pun ditemui di bintang Marikh. Kebenaran terus wujud sama ada ditenggelami oleh majoriti atau di tengelami oleh minoriti
Meninggalkan kejahatan dan kemungkaran adalah betul walau pun kejahatan dan kemungkaran itu masih di miliki dan di sanjung majoriti. Yang zalim tetap zalim walaupun didondang sayang oleh majoriti. Yang jahat tetap jahat. Yang menipu tetap menipu walau pun mereka di baluti oleh kuasa.
Apabila Yaseer Arafat bangun melawan tentera Isreal, kita tidak boleh disamakan dengan Ehud Barack menyerang gerila Palestin. Satu berjuang untuk menghapuskan kezaliman dan menegakkan kebenaran. Dan yang satu lagi menyerang untuk meneruskan kemungkaran dan kezaliman.... "
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>...
Fikrah-
1) Apabila ada percanggahan perkara dalam perbahasan, rujuk semula definisi asas suatu makna.
2) Yang benar tetap benar; yang batil tetap batil.
3) Kita sahaja yang sering memilih untuk mendengar dan percaya apa yang HENDAK kita dengar dan percaya.
4) Terpengaruh dengan majoriti, dan terpengaruh dengan yang paling kuat bunyinya, adalah suatu kelemahan manusia yang lemah jati dirinya dan ilmunya serta pengalamannya.
Selasa, Februari 10, 2009
A story for...
SOmebody; Everybody; Anybody; and Nobody
1) One day, Somebody needs to tell Everybody when Somebody knows something important.
2) Actually, Anybody can do the same even when Nobody ask Anybody to do it.
3) But, when Nobody tells Somebody, or even Anybody; Everybody is not happy.
4) As a matter of fact, Everybody needs to believe to Anybody; and not just Somebody.
5) Seriously, Somebody really have to be positive when dealing with everybody. Anybody knows that, but Nobody wants to tell Somebody.
6) The problems then; reflect to Everybody, and Nobody wants to be blamed for it.
7) Does Anybody knows who is that Somebody?
8) Maybe, it just Nobody... (Maybe it just Me)
... or Everybody?
>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Fikrah-
1) Think and read between the lines.
2) It is really Works for everybody!
Langgan:
Catatan (Atom)