Isnin, Februari 23, 2009

Iktibar pemuda Kahfi

Siri Tafsir Maudhuiy ke-52 : Memugar Idealisma Qurani: Keteladanan Pemuda Kahfi

Pemuda Kahfi adalah sekumpulan pelaku sejarah yang mengabadikan keunggulan iman, kecerdasan akal, keberanian bersikap dan bertindak. Mereka bangkit melepaskan diri daripada belenggu budaya dan tradisi pembodohan: penguatkuasaan dan pemaksaan amalan menyembah berhala, budaya warisan yang dipertahankan dengan setia tanpa dipersoalkan rasionalitinya, tanpa dipertanyakan kerelevanannya.

Fitrah insani yang masih dimiliki tujuh pemuda Kahfi itu tidak dapat menerima agama dan budaya yang tidak serasi dengan kesejatian sifat keinsanan yang memang tercipta dalam acuan tauhidik - kecenderungan fitri kepada penyembahan Tuhan Yang Maha Esa, Maha Berkuasa dan Maha Sempurna.

Akal sihat pemuda Kahfi tidak dapat menerima faham yang tidak rasional. Kemampuan dan keberanian berfikir kritis-evaluatif telah menghasilkan keberanian bersikap - menolak kesesatan yang telah begitu lama membudaya dan mencari alternatif yang benar dan meyakinkan.

1) Fitrah insani yang masih dimiliki tujuh pemuda Kahfi itu tidak dapat menerima agama dan budaya yang tidak serasi dengan kesejatian sifat keinsanan yang memang tercipta dalam acuan tauhidik - kecenderungan fitri kepada penyembahan Tuhan Yang Maha Esa, Maha Berkuasa dan Maha Sempurna.

2) Akal sihat pemuda Kahfi tidak dapat menerima faham yang tidak rasional. Kemampuan dan keberanian berfikir kritis-evaluatif telah menghasilkan keberanian bersikap - menolak kesesatan yang telah begitu lama membudaya dan mencari alternatif yang benar dan meyakinkan.

3) Ketulusan mencari kebenaran mendapat perhatian dari langit. Pemuda Kahfi mengalami pencerahan hidayah, lalu menemukan hakikat tauhid, Tuhan yang hakiki hanyalah Allah, satu-satunya Pencipta, Pemilik dan Penguasa langit dan bumi seisinya.

4) Kebenaran adalah kurnia istimewa yang paling berharga dan membanggakan. Pemuda Kahfi membuat deklarasi tauhid, suatu keberanian yang tercetus dari kekentalan iman dan kebanggaan memilikinya. Motifnya bukan sekadar ingin membuat kejutan atau bangga dengan sikap berani berbeza, tetapi secara tidak langsung menyedarkan masyarakat agar berfikir, mengaktifkan akal sihat yang selama ini beku terbelenggu dalam budaya “dikir barat” - sebut apa sahaja yang disebut oleh “tukang karut” termasuk segala karut dan carutnya. Memang deklarasi tersebut cukup menggemparkan. Mungkin kejutan seperti itulah yang diperlukan oleh masyarakat yang telah lama kehilangan daya fikir dan kematian idealisme untuk membangkitkan akal yang tidur dan menghidupkan hati yang mati.

5) Deklarasi tauhid pemuda Kahfi segera dirasakan sebagai gugatan terhadap kemapanan dan kestabilan serta ancaman terhadap pihak-pihak yang berkepentingan. Raja yang selama ini ikut di”berhala”kan bertindak memberikan kata dua: rujuk ke tradisi datuk nenek, atau hadapi tindakan brutal pihak penguasa.

6) Berani bersikap, harus berani menghadapi risikonya. Demikianlah iman tulen pemuda Kahfi yang mendapat pengakuan dari langit,”…sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman dengan Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk buat mereka.” Pengakuan Ilahi tersebut sekaligus mengungkapkan hakikat hubungan erat iman dengan petunjuk; semakin menguatnya iman, semakin bertambah kebenaran yang menyerlah, termasuk petunjuk Ilahi tentang bagaimana mengurus diri di tengah kemelut pertentangan yang mereka alami.

7) Demi iman dan kebenaran, pemuda Kahfi bersumpah setia mempertahankan pendirian tauhidik dan berusaha menghindari tindakan teror penguasa dengan bersembunyi di gua. Mereka menghilangkan diri, tetapi deklarasi tauhid mereka tidak ikut menghilang. Deklarasi keramat itu tinggal di tengah umat sebagai benih kesedaran.

8) Di tengah ribut memburu dan mengesan jejak pemuda Kahfi, mereka damai dalam limpahan rahmat Allah. Gua gelita yang sempit dan kasar - berkat taburan rahmat - terasa bagaikan kamar nyaman sehingga mereka tertidur nyenyak selama tempoh yang cukup lama. Sementara itu masyarakat telah berubah. Benih iman dan akal rasional yang mereka tinggalkan telah hidup subur dan tersebar luas meliputi seluruh strata: raja dan massa. Ketika itulah mereka sedar, lalu menyaksikan perubahan dan merasakan penghormatan umat generasi baru yang tahu menilai kebenaran, kerasionalan dan keberanian bersikap benar.


(dipetik dari minda madani online)
Siri Tafsir Maudhuiy
Dato' Dr. Siddiq Fadzil, Kolej Dar al-Hikmah.

Tiada ulasan: